Selasa 17 Mar 2020 11:55 WIB

Olimpiade 2020, Antara Optimisme dan Keras Kepala Jepang

Persiapan Olimpiade Tokyo 2020 tetap berjalan di tengah wabah virus corona.

Rep: Muhammad Ikhwanuddin/ Red: Endro Yuwanto
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. (AP Photo/Alexander Zemlianichenko)
Foto: AP Photo/Alexander Zemlianichenko
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. (AP Photo/Alexander Zemlianichenko)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe menyatakan persiapan Olimpiade Tokyo 2020 tetap berjalan di tengah wabah virus corona. Padahal, sudah ditemukan lebih dari 1.400 kasus Covid-19 dan 28 orang meninggal di Negeri Sakura.

Abe menyatakan, hal tersebut tidak akan mengganggu langkah pemerintah untuk mempersiapkan pesta multiolahraga terbesar di dunia itu agar tetap berjalan sesuai jadwal, yakni pada 24 Juli-9 Agustus mendatang. "Kami akan mengatasi penyebaran infeksi dan menjadi tuan rumah Olimpiade tanpa masalah, seperti yang sudah direncanakan," ujar Abe seperti dilansir dari BBC, Senin (16/3).

Meski bersikukuh tetap menggelar Olimpiade sesuai jadwal, Abe menyerahan keputusan penuh kepada Komite Olimpiade Internasional (IOC). Hal senada disampaikan Gubernur Tokyo Yuriko Koike.

Menurut Koike, keinginan otoritas tetap mempersiapkan Olimpiade di tengah wabah sudah diimbangi pencegahan penyebaran virus corona. "Kami mengambil langkah-langkah pencegahan infeksi menyeluruh sehubungan dengan obor estafet di dalam negeri," ujarnya.

Koike menyampaikan, pemerintah kota sedang berkoordinasi dengan IOC terkait penyelenggaraan Olimpiade. Hal ini dilakukan untuk memastikan Olimpiade berlangsung secara aman.

Atas dasar itu, Koike menyatakan belum memikirkan rencana pembatalan Olimpiade ke lain waktu. "Tidak dapat dikatakan bahwa pandemi ini tidak berdampak bagi semua orang. Namun, saya tak berpikir soal pembatalan Olimpiade Tokyo 2020," kata dia.

Pada 26 Maret nanti, Jepang tetap berencana mengadakan penyerahan obor Olimpiade yang akan digelar di Fukushima. Obor itu sebelumnya sudah dinyalakan di Athena, Yunani, beberapa jam setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Covid-19 sebagai pandemi, Rabu pekan lalu.

Alhasil, seremonial penyalaan api itu pun dihelat tanpa kehadiran penonton untuk mencegah perluasan infeksi virus. Belum ada kabar dari otoritas Jepang terkait kepastian acara penyerahan obor di Fukushima.

Hal berbeda tentang penyelenggaraan Olimpiade disampaikan Menteri Olimpiade Jepang Seiko Hashimoto. Menurut dia, pengunduran jadwal Olimpiade mungkin saja terjadi jika wabah Covid-19 tak kunjung mereda.

Berdasarkan perjanjian dengan IOC, Jepang harus menggelar pesta olahraga dunia empat tahunan tersebut pada tahun 2020 tanpa menyebut tanggal pasti. Itu berarti, Jepang bisa saja mengubah jadwal penyelenggaraan hingga akhir tahun ini.

"Kontrak menyebut bahwa pelaksaan dilakukan pada 2020. Hal ini bisa diartikan boleh untuk melakukan penundaan," kata Hashimoto seperti dikutip dari the Independent. "Kami berusaha sebisa mungkin untuk memastikan pelaksanaan Olimpiade sesuai dengan rencana awal."

Di sisi lain, Hashimoto masih optimistis Olimpiade dapat diselenggarakan tepat waktu. Terlebih, pihaknya belum mendengar pernyataan dari IOC tentang kemungkinan perubahan waktu pelaksanaan. "Berdasarkan kenyataan bahwa IOC tidak pernah menyebut soal pembatalan atau penundaan Olimpiade Tokyo dalam pertemuannya kemarin, saya memperkirakan tak akan ada pemberitahuan pembatalan atau semacamnya," kata dia.

Meski Pemerintah Jepang bersikukuh tidak berencana mengubah jadwal Olimpiade, Negeri Matahari Terbit berani menunda kedatangan Presiden China Xi Jinping ke Tokyo. Hal ini pun sudah disetujui oleh kedua negara.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan, Jepang dan China akan mengatur waktu untuk menerima kunjungan kenegaraan Xi. "Kedua negara setuju saat ini memusatkan perhatian pada upaya menangani virus corona," ujar Suga menegaskan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement