Rabu 18 Mar 2020 08:57 WIB

Olimpian Pertanyakan tak Ada Opsi Penangguhan Olimpiade 2020

IOC menegaskan, Olimpiade Tokyo sesuai jadwal pada 24 Juli hingga 9 Agustus 2020.

Dua orang berdiri di belakang logo Olimpiade di Tokyo, Jepang. Virus corona telah mengancam kemungkinan terselenggaranya Olimpiade 2020 di Tokyo.(EPA)
Foto: EPA
Dua orang berdiri di belakang logo Olimpiade di Tokyo, Jepang. Virus corona telah mengancam kemungkinan terselenggaranya Olimpiade 2020 di Tokyo.(EPA)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olimpian peraih medali emas lompat galah Katerina Stefanidi mempertanyakan sikap Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang tampak tidak punya opsi alternatif alias plan B mengenai penyelenggaraan Olimpiade Tokyo di tengah pandemi global Covid-19. IOC baru saja mengeluarkan pernyataan komitmen penuh tetap menyelenggarakan Olimpiade Tokyo sesuai jadwal pada 24 Juli hingga 9 Agustus 2020. IOC juga menegaskan tidak perlu ada perubahan drastis terhadap pesta olahraga empat tahunan tersebut.

Bahkan, dalam pernyataannya, IOC mengimbau para atlet untuk tetap berlatih, yang menurut Stefanidi hal itu sama saja dengan memaksa atlet mempertaruhkan kesehatannya.

Baca Juga

"Tidak ada penundaan, ataupun pembatalan. Tetapi pernyataan itu mempertaruhkan kesehatan kami," kata atlet Yunani itu dalam wawancara eksklusif dilansir Reuters, Rabu (18/3) WIB.

"Kami semua ingin Olimpiade Tokyo berlangsung, tetapi adakah Plan B jika itu tidak berjalan sesuai rencana?" ujarnya menambahkan.

Menurut Stefanidi, keberadaan opsi alternatif bakal membuat situasi berbeda bagi para atlet termasuk dirinya. Saat ini, kata dia, para atlet harus memutuskan apakah perlu mempertaruhkan kesehatan dengan melanjutkan latihan di tengah kondisi sekarang.

Senada dengan Stefandi, jawara heptathlon asal Britania Katarina Johnson-Tompson juga mempertanyakan imbauan IOC agar atlet terus berlatih mempersiapkan penampilan di Olimpiade Tokyo empat bulan lagi. Terlebih, Johnson-Thompson baru saja pulang dari latihannya di Prancis setelah negara itu menerapkan penutupan menyeluruh sementara atau lockdown.

"IOC 'mengimbau atlet untuk terus mempersiapkan diri menuju Olimpiade Tokyo sebaik mungkin' karena kompetisi tinggal empat bulan lagi, tetapi pemerintah mengeluarkan aturan agar warga mempraktikkan swakarantina dengan penutupan lintasan lari, gym maupun ruang publik," dalam layar tankap catatan yang dicuitkan Johnson-Thompson melalui akun Twitter pribadinya, @JohnsonThompson.

"Saya kini berada dalam tekanan untuk berlatih dan melahap menu rutin, yang sebetulnya tidak memungkinkan," ujarnya lagi.

Walau mengumumkan komitmen agar Olimpiade Tokyo tetap digelar sesuai jadwal awal, IOC pada Rabu akan menggelar pembicaraan lagi dengan NOC negara-negara anggota.

Keputusan IOC mengumumkan komitmen melangsungkan Olimpiade Tokyo sesuai jadwal bertolak belakang dengan langkah UEFA dan CONMEBOL yang masing-masing mengundurkan Euro dan Copa America 2020 ke tahun depan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement