Rabu 18 Mar 2020 17:13 WIB

Pengungsi Suriah di Turki Hadapi Ancaman Corona

Sejauh ini tidak ada kasus positif Covid-19 yang dilaporkan.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Pengungsi dari Suriah menyeberangi perbatasan Turki(EPA)
Foto: EPA
Pengungsi dari Suriah menyeberangi perbatasan Turki(EPA)

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Ketika masing-masing negara bergulat dengan penyebaran Covid-19, situasi pengungsi Suriah di Turki, yang hidupnya telah kacau selama sembilan tahun terakhir, menuntut perhatian. Berada dalam kondisi genting, kini jumlah mereka telah mencapai hampir 4 juta jiwa.

Ribuan pengungsi telah menghabiskan beberapa minggu terakhir melakukan perjalanan berbahaya di sepanjang perbatasan Turki-Yunani. Ada kamp-kamp yang menampung sekitar 10.000 hingga 15.000 pengungsi di perbatasan, di mana aturan jarak sosial atau social distancing tidak dapat diterapkan.

 

Konsentrasi jumlah populasi yang tinggi dan kurangnya akses ke air, meningkatkan risiko penularan di lokasi-lokasi pengungsia. Seorang anggota parlemen dari HDP pro-Kurdi, Omer Faruk Gergerlioglu, baru-baru ini memperingatkan bahwa para pengungsi berlindung di Sungai Evros (antara Turki dan Yunani).

 

"Tidak ada kasus positif Covid-19 yang dilaporkan di wilayah tersebut. Tetapi jika itu terjadi, maka wabah akan dengan cepat menyebar," ujarnya dikutip di Arabnews, Rabu (18/3).

 

Pengungsi Suriah disebut saat ini membutuhkan perlindungan yang efektif dan mudah diakses di Turki untuk melawan virus yang lebih mematikan dari sebelumnya.

 

Jika pengungsi Suriah memiliki gejala, mereka harus menelepon hotline Kementerian Kesehatan Turki dan meminta penerjemah bahasa Arab, setelah menunggu antrian panjang.

 

Sementara itu kementerian baru-baru ini menerbitkan panduan dalam bahasa Arab di situs webnya, agar warga dapat mengambil langkah-langkah pribadi yang mungkin dapat memutus rantai penularan Covid-19.

 

Seorang analis kebijakan migrasi di think tank TEPAV yang berbasis di Ankara, Omar Kadkoy mengatakan, penting untuk meningkatkan kesadaran di antara para pencari suaka dan pengungsi di Turki, tentang tindakan pencegahan yang diperlukan terhadap Covid-19. Panduan ini bisa dibagikan dalam beragam bentuk informasi dengan menggunakan berbagai bahasa.

 

"Langkah penting kedua adalah menggunakan media dengan eksposur maksimum. Warga Suriah, mirip dengan semua pencari suaka dan pengungsi lainnya di Turki, sangat bergantung pada media sosial untuk mendapatkan informasi. Semua pihak yang terlibat dalam kampanye harus menggunakan Facebook dan Twitter untuk mencapai pengguna sebanyak mungkin," katanya.

 

Bagi Kadkoy, untuk mengurangi kerentanan penularan, memerlukan akses yang sama ke layanan kesehatan masyarakat. Ada pencari suaka dan pengungsi yang tidak berdokumen di Turki, dan tidak memiliki identitas, ditolak aksesnya untuk tes dan perawatan.

 

"Ini bukan waktunya untuk berpedoman pada buku atau aturan.  Memerangi Covid-19 adalah tindakan kolektif yang tidak relevan dengan status hukum siapa pun,” lanjutnya.

 

UNICEF baru-baru ini membagikan perlengkapan kebersihan dan sanitasi kepada para pengungsi di sepanjang perbatasan untuk meningkatkan kesadaran. Seorang ahli migrasi dari Universitas Ozyegin di Istanbul, Deniz Senol Sert, menarik perhatian publik dengan langkah-langkah yang diperlukan untuk kasus pengungsi di sepanjang perbatasan, mengingat bahwa tidak ada jarak di antara mereka dan beberapa telah berhasil melintasi perbatasan.

 

"Pertanyaannya tetap, apakah orang-orang ini membutuhkan masa karantina 14 hari?" katanya.

 

Ankara dan Brussels telah mengadakan pembicaraan mengenai keputusan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan baru-baru ini, untuk membuka perbatasan Turki bagi para migran yang melakukan perjalanan ke Eropa. Memburuknya kondisi di sepanjang perbatasan menyebabkan beberapa negara Uni Eropa seperti Jerman mengusulkan mengembalikan 1.500 pengungsi anak tanpa pendamping ke negara Eropa.

 

Turki membuka rumah sakit lapangan di sepanjang perbatasan Yunani untuk melacak indikator kesehatan para pengungsi. Sejauh ini tidak ada kasus positif Covid-19 yang dilaporkan.

 

Aktivis pengungsi telah menunjukkan risiko pengungsi Iran yang melintasi perbatasan Turki secara ilegal dari pegunungan di provinsi timur, yang meningkatkan risiko penularan lintas perbatasan.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement