REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson meyakini warganya bahwa 12 pekan ke depan virus corona baru atau Covid-19 mereda. Inggris pun telah meningkatkan pengujian massal Covid-19 dan praktik jaga jarak atau social distancing.
"Dua belas pekan ke depan dapat mengubah gelombang penyakit ini," ujar Johnson dikutip Guardian.
Dia mengajak masyarakat untuk mengambil langkah-langkah yang telah diberikan pemerintah. Johnson optimistis pemerintah dan rakyatnya dapat mengubah gelombang pandemi dalam 12 minggu ke depan.
"Saya yakin dapat menangani virus corona di negara ini. Tetapi hanya jika kita semua mengambil langkah-langkah yang telah kita uraikan, itu sangat penting," ujarnya.
Johnson mendasarkan penilaiannya pada perawatan eksperimental untuk virus. Dia mengatakan pasien Inggris pertama hari itu telah menjadi bagian dari tes acak untuk satu obat, dan juga kemungkinan peluncuran cepat tes antibodi yang dapat menentukan apakah seseorang memiliki virus Covid-19.
Ratusan ribu alat tes virus corona, kata dia, bisa dibeli. Didampingi oleh kepala penasihat ilmiahnya, Patrick Vallance, dan kepala penasihat medis, Chris Whitty, Johnson tidak mengumumkan langkah-langkah baru yang dapat membuat masyarakat berjarak demi memperlambat penyebaran virus. Sebelumnya beredar laporan tentang rencana untuk sangat membatasi pergerakan di London.
Ditanya tentang kapasitas rumah sakit terutama di London, Whitty mengatakan perawatan intensif dan pernapasan akan menjadi titik tekanan pertama. Menurutnya, bahkan dengan jaga jarak atau social distancing yang tepat, jumlah pasien akan meningkat selama dua minggu ke depan.
Whitty mengatakan itu tergantung pada orang untuk mematuhi panduan. "Ada banyak bukti, sebagian besar orang, kami tidak tahu apakah itu akan cukup," katanya. Prioritas lain adalah pemerintah akan menguji lebih banyak staf kesehatan NHS untuk virus, dan untuk meluncurkan lebih banyak peralatan pelindung bagi mereka.