Kamis 26 Mar 2020 12:08 WIB

Hoaks, Pesan Berantai Pasien Meninggal karena Corona

Uji laboratorium sampel dari pasien yang meninggal asal Kolaka belum keluar.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Melawan penyebaran virus corona (ilustrasi).
Foto: MgIt03
Melawan penyebaran virus corona (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sulawesi Tenggara (Sultra) dr. La Ode Rabiul Awal menegaskan bahwa pesan berantai yang tersebar di media sosial (medsos), terutama WhatsApp, yang mengatakan bahwa pasien dalam pemantauan (PDP) asal Kabupaten Kolaka yang meninggal pada Senin (23/3) pukul 11.00 Wita, saat diisolasi di RS Bahtermas Kendari, positif virus terjangkit Covid-19 adalah pesan bohong atau hoaks.

Rabiul menegaskan bahwa pesan berantai tersebut tidak benar atau hoaks, karena hasil uji laboratorium sampel dari pasien yang meninggal tersebut belum keluar. Karena itu ia meminta masyarakat agar tidak memercai informasi tersebut. "Tidak betul ini (pesan berantai), hasil pemeriksaan belum ada," kata dr Rabiul saat dikonfirmasi via WhatsApp terkait pesan berantai tersebut, Rabu malam.

Rabiul mengungkapkan bahwa sampel dari pasien status PDP yang meninggal saat diisolasi di RS Bahtermas tersebut diuji di laboratorium Balitbang Kementerian Kesehatan RI. Pengujian tersebut memakan waktu tiga hingga lima hari. "Kita menunggu tiga sampai lima hari, tergantung kapasitas pemeriksaan di sana, karena pengiriman dari daerah kan makin banyak, walaupun sudah dibuka cabang laboratorium pemeriksaan," ujar Rabiul.

Dia mengungkapkan, ketika hasil uji laboratorium telah keluar, Kemenkes akan mengirimkan hasil itu ke Dinkes Sultra. Dinkes selanjutnya akan memberitahu hasil itu kepada keluarga pasien. Tujuannya untuk mengedukasi keluarga dan mengurangi efek kejut terhadap keluarga pasien.