REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur DIY, Sri Sultan mengaku tidak mempermasalahkan pendatang maupun pemudik yang masuk ke DIY. Pendatang maupun pemudik ini mulai memasuki DIY menyusul adanya pandemi wabah virus Corona (Covid-19) di Indonesia, termasuk DIY.
"Saya tidak mempersoalkan mudiknya, yang saya persoalkan pemudik itu mau ketemu saudaranya, mau kembali ke tempatnya kenapa tidak boleh. Biarkan saja," kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin (30/3).
Menurutnya, yang paling penting dilakukan yakni mengontrol pendatang maupun pemudik yang masuk ke DIY. Sebab, pendatang maupun pemudik ini berpotensi membawa Covid-19 ke DIY, terutama pendatang yang datang dari zona merah. "Yang penting dia bisa kita kontrol dan dia bisa mendisiplinkan diri," ujarnya.
Bahkan, ia menyebut selama 10 hari ini sudah ada sekitar 1.870 Orang Dalam Pemantauan (ODP) di DIY. Mayoritas dari ODP tersebut merupakan pendatang. "Faktanya di Yogya seperti itu. Tidak ada virus Corona lokal, yang ada orang-orang Yogya keluar, pulang bawa virus. Sebelum 10 hari dari sekarang itu kira-kira 300 hingga 400 orang yang OPD. Tapi, sampai 10 hari terakhir ini jadi 1.870 dan mayoritas itu pendatang," jelasnya.
Dengan adanya kontrol terhadap pendatang ini, diharapkan pencegahan penyebaran Covid-19 di DIY dapat diminimalisasi. Pendatang ini juga didorong untuk melakukan pemeriksaan ke fasilitas layanan kesehatan untuk menentukan negatif atau positif terifeksi Covid-19.
Selain itu, juga diminta melakukan isolasi secara mandiri. Sehingga, diharapkan tidak terjadi penyebaran yang lebih lanjut dan DIY tidak menjadi salah satu zona merah Covid-19.
"Masuknya bus umum sama mobil pribadi ya diatur. Jangan sampai pendatang dari zona merah masuk ke zona hijau tidak positif atau negatif dan berhenti di zona hijau, nanti jadi merah. Begini harus jelas bagi saya," jelasnya.