REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Penyebaran virus corona di Pakistan ditanggapi secara berbeda oleh masyarakat. Ketika warga dunia memutuskan untuk berlindung di dalam rumah, warga di Karachi, justru banyak berada di luar rumah, bukan untuk berkumpul menghabiskan waktu bersosialisasi, mereka berderma, menyalurkan zakat.
Dikutip dari BBC, banyak warga Pakistan yang berhenti di luar untuk menawarkan makanan, uang, atau amal lainnya kepada orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal. Ketika memberikan bantuan, mereka sering disertai dibarengi dengan kalimat "Berdoalah agar (virus corona) segera berakhir."
Ketika sebuah negara memutuskan untuk menetapkan karantina nasional, maka akan ada orang-orang yang terdampak besar atas keputusan itu, termasuk Pakistan. Banyak dari pekerja domestik seperti pedagang kaki lima hingga tukang semir sepatu belum mendapatkan uang dalam beberapa pekan setelah penetapan lockdown oleh Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan.
"Jika kita mematikan kota-kota ... kita menyelamatkan mereka dari corona [virus] di satu sisi, tetapi mereka akan mati karena kelaparan di sisi lain ... Pakistan tidak memiliki persyaratan yang berada di Amerika Serikat atau Eropa. Negara kita memiliki kemiskinan yang parah," kata Khan mengakui kondisi negaranya dalam pidato beberapa waktu lalu.
Meski Khan menunjukan realita yang pahit, selalu ada harapan yang bisa lahir dari pergerakan masyarakat sendiri. Di tengah pandemi, rakyat Pakistan bersama-sama membantu mereka yang kurang beruntung dengan cara yang unik dan inspiratif.
Menurut survei pemerintah baru-baru ini, bank-bank Pakistan mengumpulkan 7.377.678.000 rupee Pakistan dalam zakat dari populasi pada 2018-2019. Namun, banyak penyaluran zakat diberikan langsung kepada mereka yang membutuhkan, sehingga total nominal sesungguhnya tidak didokumentasikan.
Banyak warga yang menawarkan pemberian zakat untuk penerima upah harian yang tidak memiliki uang cuti, asuransi kesehatan, atau jaminan keuangan lainnya. Ketika banyak negara berfokus pada kebersihan fisik selama wabah virus korona, ahli biologi molekuler di Universitas Hamdard di Karachi, Dr Imtiaz Ahmed Khan, menyamakan zakat dengan pembersihan spiritual. Dia mengutip ungkapan Pakistan yang populer "Paisa haath ki meil hai" artinya uang seperti kotoran di tangan seseorang.
"Zakat menghilangkan kotoran dari kekayaan," tambah Dr Khan. “Saya bertanggung jawab jika ada tetangga saya yang pergi tidur dengan lapar. Bagaimana saya bisa memiliki dapur yang terlalu banyak menimbun sementara salah satu tetangga saya membutuhkan? ”
Gerakan penyaluran zakat ketika penyebaran virus korona terjadi di Pakistan bukan terjadi secara mendadak. Biasanya zakat dilakukan secara sukarela, tetapi dari 47 negara mayoritas Muslim di dunia, Pakistan adalah satu dari enam negara yang mengamanatkan dan mengumpulkan oleh pemerintah.
"Pakistan adalah satu-satunya negara yang didirikan atas nama Islam," kata penulis The Oxford Encyclopedia of the Islamic World, Rizwan Hussain.
Menurut sebuah laporan oleh Stanford Social Innovation Review, Pakistan menyumbang lebih dari 1 persen dari PDB untuk amal. Sebuah studi nasional menemukan bahwa 98 persen orang Pakistan memberi untuk amal atau menyumbangkan waktu mereka.
Ketika virus korona menyebar, banyak orang Pakistan telah menyalurkan zakar lebih dari 2.5 persen. Sementara yang tidak memiliki wajib zakat menawarkan sebanyak mungkin amal yang dapat diberikan.
Banyak donasi telah digunakan untuk membuat paket raashan atau ransum bulanan yang menyediakan upah harian dan barang kebutuhan dasar sehari-hari dasar, seperti tepung, minyak, gula, dan teh. Biasanya paket tersebut didistribusikan selama bulan Ramadhan, tetapi sekarang dibagikan kepada para pekerja upahan harian yang terkena dampak ekonomi dari pandemi.
"Dalam beberapa hari terakhir saja, kami telah melihat banyak kelompok pendukung menjamur khusus untuk pekerja upah harian dan paket raashan," kata pengajar di Institut Administrasi Bisnis Karachi, Ahmad Sajjad.
Peristiwa ini, menurut Sajjad, mengingatkannya pada gempa 2005 ketika orang-orang Pakistan berkumpul untuk menawarkan amal. Bedanya, ketika itu orang-orang meyalurkan pada kamp-kamp, sekarang media sosial menjadi tempat untuk mengumpulkan dana dan memberikan bantuan.
Di seluruh Pakistan, permohonan untuk sumbangan banyak beredar di WhatsApp dan media sosial. Perempuan memainkan peran penting dengan menawarkan rumah mereka sebagai tempat pengumpulan bahan-bahan pokok, seperti tepung, minyak, dan kacang-kacangan. Dwina Agustin