REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur dan pendiri Jakarta Skin Center (JSC), dr Edwin Djuanda, SpKK, FINS-DV, FAADV, mengatakan, meski efektif, liposuction atau sedot lemak boleh dilakukan setelah diet tidak berhasil. Namun, sedot lemak bukan sebagai pilihan pertama atau pengganti diet.
"Liposuction bukan pengganti diet dan olahraga dan bukan jalan pintas untuk menghentikan obesitas," ujar Edwin, belum lama ini.
Edwin menjelaskan, penyedotan lemak tetap harus memperhitungkan efek samping. Namun efek samping yang terjadi umumnya relatif ringan, yakni hanya berupa memar dan bengkak di bekas injeksi.
Infeksi juga jarang terjadi karena tergantung klinik dan kelihaian dokter yang melakukan. Begitu pula dengan efek samping lainnya, seperti bentuk tubuh tidak simetris, permukaan tubuh tidak rata dan lain-lain.
Mengenai tahapan tindakan liposuction bisa dilakukan bertahap atau dilakukan sekaligus maksimal satu area besar (luas) dan kecil. Namun, tidak dianjurkan melakukan tindakan pada dua area yang luas sekaligus karena berisiko terlebih jika ada komorbid pada pasien.
Kegagalan dapat terjadi, dalam arti hasilnya tidak sesuai harapan pasien. Itulah sebabnya, sejak awal harus disamakan persepsi antara pasien dan dokter bedah kulit.
"Sebaiknya kita berikan pemahaman pada pasien bahwa pengambilan lemak melalui prosedur liposuction itu terbatas, dan tidak untuk kegemukan yang berat," jelas Edwin.