Jumat 03 Apr 2020 16:39 WIB

Noda Merah Liverpool di Stadion Anfield

tim asal Merseyside terkena denda dari UEFA akibat ulah suporter

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Muhammad Akbar
Pandangan umum dari stand KOP di Stadion Liverpool FC, di Anfield, Liverpool, Inggris.
Foto: EPA-EFE/Peter Powel
Pandangan umum dari stand KOP di Stadion Liverpool FC, di Anfield, Liverpool, Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, LIVERPOOL -- Sudah jatuh tertimpa tangga, kiasan yang tepat disematkan untuk Liverpool. Sesudah kekalahan 2-3 di Stadion Anfield pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions 2019/2020 oleh Atletico Madrid, the Reds terpaksa dijatuhi hukuman dari Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA).

Seperti dilansir Liverpool Echo, tim asal Merseyside Inggris terkena denda dari UEFA akibat ulah suporter dalam laga leg kedua 16 besar Liga Champions. Pasalnya, beberapa pendukung the Anfield Gank menyalakan flare, kembang api, jelang laga berlangsung pada 11 Maret.

"UEFA telah memberikan hukuman kepada pihak Liverpool sebesar Rp 50 juta karena insiden kembang api," demikian pernyataan resmi UEFA.

Dalam pertemuan tersebut the Reds terpaksa tersingkir dari perburan gelar Si Kuping Besar. Anak asuh Juergen Klopp dipastikan gagal mempertahankan trofi Liga Champions setelah pada musim lalu berhasil menjuarai titel tersebut.

Agregat akhir berkesudahan 2-4 untuk keunggulan Atletico Madrid, dengan kemenangan Los Colchoneros 1-0 di pertemuan pertama yang berlangsung di Estadio Wanda Metropolitano.

Adapun ini merupakan kekalahan perdana Liverpool di hadapan pendukung sendiri sejak September 2018 silam. Sebelumnya, Virgil van Dijk dan kolega tak pernah menelan pil pahit ketika bertanding di hadapan pendukung sendiri.

Tak sampai disitu, noda merah juga diterima Atletico. Sebab, pada leg pertama wakil asal Spanyol itu melakukan pemblokiran jalan terhadap pendukung the Reds yang datang ke Ibu Kota Spanyol.

UEFA memberikan denda kepada rival sekota Real Madrid sebesar Rp 427 juta karena alasan penutupan jalan umum di Estadio Wanda Metropolitano pada bulan Februari lalu.

Alih-alih menanggapi huluman dari UEFA, pihak Liverpool justru melontarkan kekecewaan kepada pemangku sepak bola Benua Biru.

Melalui Kepala Dinas Kesehatan Liverpool, Matthew Ashton, menegaskan partai leg kedua seharusnya tidak boleh terjadi mengingat wabah virus corona telah menyebar di belahan negara Eropa.

"Itu bukan keputusan yang tepat untuk menggelar pertandingan. Orang-orang tidak sengaja membuat keputusan yang mungkin tidak memandang situasi awal secara serius," kata Matthew Ashton kepada Guardian, Jumat (3/4).

Bersamaan dengan hari pelaksanaan laga Liga Champions antara Liverpool kontra Atletico Madrid di Stadion Anfield, covid-19 sudah menyebar di tanah Britania Raya.

Terdapat 596 kasus covid-19 yang tersebar di Britania Raya, lebih rincinya 491 di Inggris dengan total 262 kasus corona meningkat di kota Liverpool.

Lebih lanjut, Ashton mempertanyakan mengapan fan Atletico Madrid diizinkan menonton langsung tim kesayangan mereka di Anfield. Padahal, saat itu di Spanyol sudah ada larangan berpergian karena pandemi virus corona.

"Ini tentu akan menjadi pelajaran yang berarti di masa depan, sehingga organisasi tidak lagi membuat kesalahan serupa," sambung dia.

Alhasil, pihak Liverpool merasa keputusan UEFA menggelar pertandingan leg kedua babak 16 besar Liga Champions dan memperbolehkan para pendukung datang ke stadion adalah keputusan yang salah, bahkan hal itu dianggap suatu blunder yang tidak akan pernah dilupakan dari panggung sepak bola dunia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement