REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA – Musab Awad adalah seorang perawat Muslim di negara bagian California, Amerika Serikat. Dia memulai pertamanya bertepatan dengan ujian terbesar dengan pandemi Covid-19.
Dilansir di aa.com.tr, Rabu (8/4) Awad bekerja di tengah kekurangan pasokan paramedis di seluruh negeri.
Rumah Sakit Irvine (HOAG) tempat dia bekerja tidak seperti rumah sakit lain yang dipenuhi dengan pasien corona dan memiliki rasio dua banding satu pasien terhadap perawat. Tetapi rumah sakit ini memiliki langkah-langkah serupa di tempat lain.
Kebijakan pengunjung ketat diberlakukan di rumah sakit. "Tidak ada sukarelawan yang diizinkan, staf yang tidak bertugas untuk tidak berada di rumah sakit dan tinggal di rumah jika mereka memiliki suhu 100 F atau 38 derajat celsius atau menunjukkan tanda-tanda lain," kata dia.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit [CDC] dan kebijakan rumah sakit mereka mengikuti tindakan pencegahan kontak dan tetesan, tetapi mereka tahu virus dapat ditularkan melalui udara. Namun, staf dibatasi hanya satu masker karena kekurangan.
Ketika pasien datang menunjukkan gejala seperti batuk dan demam, mereka diisolasi untuk kemungkinan Covid-19 dan staf menunggu hasil tes untuk mengonfirmasi.
Pekerja siaga selama berjam-jam dan sebagian besar teman Awad di rumah sakit lain melakukan lembur. "Rumah sakit kami telah meminta siapa pun yang tertarik untuk mendaftar staf khusus jika kami kekurangan sehingga ketika dibutuhkan mereka akan siap," ujar dia.
Awad, yang baru berusia 23 tahun, mengatakan sebagian besar untuk mencegah ruang gawat daruratnya tidak penuh, orang sehat dengan gejala ringan didorong untuk tetap di rumah, beristirahat, merawat gejala, dan memanggil nomor darurat untuk gejala serius seperti sesak nafas.
"Sementara siapa pun dapat terinfeksi Covid19, individu yang lebih tua, memiliki kondisi jantung atau paru, dan atau yang mengalami gangguan kekebalan tubuh berisiko paling tinggi terkena henti pernafasan yang memerlukan ventilasi mekanis," katanya.
Tidak mudah untuk menjadi seorang profesional perawatan kesehatan saat ini, dia mengakui, mengingat tantangan di tengah pandemi yang telah menewaskan 13 ribu dan menginfeksi 400 ribu orang Amerika.
Seorang perawat di New York, yang dites positif Covid-19, menggambarkan situasi yang dia dan rekan-rekannya hadapi ke New York Times. "Aku merasa kita semua hanya dikirim ke pembantaian,"kata dia.
"Ini bisa menguras tenaga dan sulit serta ketidakpastian untuk kembali ke rumah untuk keluarga Anda tanpa berpikir jika Anda menempatkan mereka dalam bahaya," kata Awad, yang lahir dari orang tua Arab dan Turki, bersyukur dia tidak kehilangan pasien.
"Sebagai perawat, kami bersumpah untuk merawat pasien kami sebaik mungkin dan kami akan terus melakukannya," Awad berjanji, dan mendesak pasien bergejala untuk membantu dengan berbagi tanggung jawab untuk perawatan mereka dengan membatasi penyebaran virus. dengan tinggal di rumah, mempraktikkan kebersihan yang baik dan menghindari perjalanan dan pertemuan yang tidak perlu.
Perawat di AS mengucapkan sumpah yang dikenal sebagai The Nightingale Pledge. Ini adalah pernyataan etika dan prinsip profesi keperawatan.
Ibu Awad dari Turki, Ebru, meskipun khawatir dan berdoa dia tidak tertular virus itu, bangga dengan tekad putranya untuk bekerja lebih keras selama masa-masa sulit ini.
“Setiap hari saya memperhatikan putra saya yang kelelahan saat dia tidur tetapi pekerjaannya adalah pelayanan bagi kemanusiaan. Aku tidak bisa memeluknya selama lebih dari sebulan," ujar dia.