Rabu 15 Apr 2020 17:30 WIB

Ulama Inggris: Tenaga Medis Covid-19 Boleh tak Berpuasa 

Tim medis Covid-19 diperbolehkan tidak berpuasa.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Tim medis Covid-19 diperbolehkan tidak berpuasa. Ilustrasi ruang ICU Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih.
Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
Tim medis Covid-19 diperbolehkan tidak berpuasa. Ilustrasi ruang ICU Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Sebuah fatwa dibuat sekelompok cendekiawan Muslim Inggris untuk memberi izin kepada para tenaga medis profesional menunda puasa Ramadhan. 

Sebab jika mereka tetap menjalankan puasa berpotensi membahayakan pasien virus corona atau Covid-19 dan para tenaga medis itu sendiri.

Baca Juga

Bulan Ramadhan akan segara tiba, sementara dokter, perawat dan petugas kesehatan Muslim berada di garis depan dalam memerangi Covid-19. Seperti diketahui telah banyak yang meninggal dunia akibat wabah Covid-19.

Para tenaga medis profesional Muslim mengatakan, tantangan bagi mereka yang merawat pasien Covid-19 adalah alat pelindung diri (APD) yang harus mereka pakai, masker atau respirator udara. 

Semua itu dapat mengakibatkan dehidrasi dan membuat suhu tubuh panas karena dipakai dalam waktu yang lama.

Di daerah tertentu tenaga medis harus bekerja 12 jam per hari sehingga menyebabkan kelelahan. Dengan demikian akan sangat sulit untuk mempertahankan puasa Ramadhan dalam kondisi seperti itu. 

Jika dokter atau perawat melakukan puasa, maka akan berpotensi menyebabkan kesalahan yang mengancam jiwa.

Fatwa untuk tenaga medis tersebut ditandatangani para sarjana Deobandi di Blackburn, Batley, Bury, Bradford, Leeds, London, Birmingham, Sheffield, dan Leicester. 

Mereka meminta para tenaga medis untuk mencoba mencari alternatif sehingga mereka dapat terus berpuasa. Tetapi jika mereka tidak bisa, mereka dapat menunda puasa mereka. Dilansir dari 5 Pillars, Rabu (15/4). Fatwa dari cendekiawan Muslim Inggris tersebut menyatakan:

“Jika mungkin bagi Anda untuk berpuasa tanpa membahayakan nyawa pasien, misalnya saat cuti tahunan dapat diambil dan rumah sakit memiliki staf yang memadai, tetap melaksanakan puasa harus dipertimbangkan, jika tidak bisa puasa selama sebulan penuh, maka puasa sebanyak mungkin di hari yang memungkinkan untuk puasa.

Pilihan lain untuk dipertimbangkan adalah shift kerja yang lebih pendek atau shift malam jika memungkinkan. Untuk Inggris, mungkin tidak membahas masalah ini karena durasi malamnya cukup singkat. Namun demikian, semua opsi alternatif harus dipertimbangkan.

Namun, jika tidak mungkin bagi Anda untuk berpuasa karena kemungkinan besar dehidrasi dan rasa haus yang parah bersama dengan risiko membuat kesalahan klinis yang berpotensi mempengaruhi kehidupan, puasa dapat ditunda. Ini adalah penilaian yang perlu Anda buat pribadi berdasarkan kesehatan anda sendiri sambil tetap mengingat tugas Anda merawat pasien.

Keputusan apa pun yang anda buat harus ditinjau setiap hari. Jika anda tidak yakin dengan kemampuan Anda untuk berpuasa atau menjadi mungkin bagi anda untuk berpuasa pada hari tertentu, misalnya jika shift kerja tidak terlalu sibuk atau menjadi lebih singkat, maka puasa harus dicoba. 

Jika suatu saat Anda berjuang untuk melanjutkan puasa, puasa dapat dibatalkan dan diulangi di kemudian hari tanpa hukuman tambahan. Demikian juga jika anda sedang dalam hari istirahat atau hari pengganti, jika anda tidak berada di rumah sakit, perlu berpuasa pada hari-hari itu."

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement