Rabu 15 Apr 2020 19:36 WIB

Selain Swab, Tasik Tentukan Positif Covid-19 dari Rapid Test

Tercatat 17 pasien positif di Tasikmalaya, tiga dari uji swab, sisanya dari RDT.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas kesehatan melakukan tes cepat (rapid test) COVID-19 kepada warga yang mengikuti kegiatan keagamaan beberapa waktu lalu di Gowa, Sulawesi Selatan di Sport Centre Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Jumat (10/4/2020). Pemerintah setempat melakukan rapid test kepada 60 warga usai pasien pertama dinyatakan positif COVID-19 setelah kembali dari kegiatan tersebut.
Foto: ANTARA/Adiwinata Solihin
Petugas kesehatan melakukan tes cepat (rapid test) COVID-19 kepada warga yang mengikuti kegiatan keagamaan beberapa waktu lalu di Gowa, Sulawesi Selatan di Sport Centre Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Jumat (10/4/2020). Pemerintah setempat melakukan rapid test kepada 60 warga usai pasien pertama dinyatakan positif COVID-19 setelah kembali dari kegiatan tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Tasikmalaya mencatat penambahan lima pasien positif coronavirus disease 2019 (Covid-19) pada Rabu (15/4). Alhasil, saat ini terdapat 17 kasus pasien positif Covid-19 di Kota Tasikmalaya. Angka itu sekaligus menjadi yang tertinggi dibanding daerah lain di wilayah Priangan Timur.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan, dari 17 pasien positif corona yang tercatat, tiga di antaranya telah dipastikan melalui tes polymerase chain reaction (PCR) atau swab. Sementara sisanya diketahui melalui uji cepat atau rapid diagnostic test (RDT).

"Itu hasil dari tracing klaster dan kontak erat dengan pasien positif klaster," kata dia saat dihubungi Republika, Rabu (15/4).

Uus menjelaskan, pihaknya sengaja menampilkan pasien yang positif melalui RDT serupa dengan pasien positif melalui tes swab. Hal itu berbeda dengan daerah lainnya, yang tak memasukkan pasien positif melalui RDT sebagai pasien positif Covid-19.

Berdasarkan catatan Republika di Kabupaten Garut dan Kabupaten Ciamis, pasien yang diketahui positif melalui RDT masih dianggap negatif. Pasien itu dimasukkan ke dalam data pasien positif hanya setelah dilakukan tes swab.

Uus mengatakan, pihaknya sengaja tak membedakan pasien yang diketahui positif melalui RDT dengan pasien positif melalui tes swab. Sebab, RDT pada dasarnya merupakan alat bantu diagnosa.

"PCR atau swab itu memang akurat, tapi hasil RDT juga tidak boleh diabaikan. Ketika RDT disandingkan dengan pemeriksaan klinis, diagnosa itu sudah bisa ditegakkan," kata dia.

Dalam menentukan status pasien, Dinas Kesehatan juga berkonsultasi dengan dokter penanggung jawab pasien. Karena itu, meski sebagian besar pasien positif di Kota Tasikmalaya hanya diketahui melalui RDT, ia berani mempertanggungjawabkannya secara klinis.

"Ada alasan yang kuat untuk menentukan pasien positif. Ini juga punya makna kalau kita sangat berhati-hati dalam menangani Covid. Lagipula, kalau tidak ada fungsinya, mengapa RDT dilaksanakan?" kata dia.

Kendati jumlah pasien positif corona di Kota Tasikmalaya telah mencapai angka 17 orang, Uus menyebut sejauh ini belum ditemukan adanya transmisi lokal. Namun, menurut dia, transmisi lokal bisa saja terjadi dengan kondisi saat ini. Apalagi, jumlah orang tanpa gejala (OTG) di Kota Tasikmalaya terus bertambah setiap harinya.

Ia menjelaskan, OTG adalah mereka yang pernah kontak erat dengan pasien positif dan memiliki riwayat perjalanan dari daerah terjangkit. Berdasarkan data terakhir, akumulasi kasus OTG di Kota Tasikmalaya mencapai 210 orang. Sebanyak 131 telah selesai pemantauan dan 79 orang masih dipantau.

"Mudah-mudahan tidak ada transmisi lokal Tapi masyarakat harus terus mengikuti anjuran pemerintah supaya tidak ada transmisi lokal," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement