REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi virus corona membuat sejumlah event olahraga terhenti. Termasuk bulu tangkis. Sudah lebih dari sebulan sejak berakhirnya All England 15 Maret belum ada lagi turnamen. Jika kondisi normal biasanya sepekan sekali ada turnamen internasional. Waktu libur yang panjang ini dijadikan Greysia Polii, pemain ganda putri Indonesia, untuk mengistirahatkan fisik dan juga pikiran. Ini dilakukannya selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Dulu kalau libur, sehari dua hari masih oke. Di hari ketiga rasanya mau buru-buru latihan lagi. Sekarang kan ibaratnya dunia juga sedang beristirahat, saya tidak kepikiran ketinggalan dari lawan yang sudah latihan," kata Greysia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (21/4).
"Bukannya gimana ya, tapi biasanya kan atlet dari kecil memang jadwalnya padat. Kami ada tuntutan selalu dalam peforma yang bagus sehingga bisa bersaing, bukan cuma nasional tapi di dunia. Dari dulu sudah memikirkan target, begitu terus dari kecil, jadi masa sekarang ini saya manfaatkan untuk rehat, bukan cuma fisik tapi juga pikiran," tambah Greysia.
Greysia mulai merasakan dampak wabah Covid-19 sepulangnya dari turnamen bergengsi All England 2020. Seluruh tim yang baru kembali dari luar negeri diwajibkan untuk mengikuti isolasi mandiri di Pelatnas Cipayung selama 14 hari.
"Sejujurnya waktu pulang dari All England itu rasanya tenang di masa isolasi. Akhirnya sebagai atlet saya bisa merasakan istirahat tanpa merasa dikejar-kejar. Biasanya kan libur sebentar sudah mikirin target, jadwal latihan lagi, tanding lagi," jelas Greysia.
Imbas wabah Covid-19 mulai terasa di berbagai lapisan masyarakat termasuk para insan olahraga. Dari sisi atlet, berkurangnya turnamen dan waktu latihan tentu akan menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Apalagi tahun ini menjadi tahun yang krusial menuju event akbar Olimpiade Tokyo 2020 pada tahun depan.
"Sekarang perasaan saya flat saja. Saya lebih mempersiapan diri ke olimpiade tahun depan. Persiapannya lebih ke mental dan pikirannya dulu. Biar gimana pun kemarin kan rasanya olimpiade sudah di depan mata, tiba-tiba ditunda. Jadi saya lebih jaga mood, apalagi di umur saya sekarang, banyak yang harus dipertimbangkan dan dipikirkan," tutur Greysia.
Greysia juga menuturkan bahwa ia berusaha untuk menjaga peak performance-nya hingga olimpiade tahun depan. Mulai dari kekuatan mental, self control dan menjaga mood-nya. Performa secara fisik pelan-pelan akan ia tingkatkan jika nanti sudah bisa berlatih dengan normal.
Kondisi seperti ini membatasi Greysia bertemu dengan orang-orang terkasihnya. Ia mengatakan terkadang ada kekhawatiran akan keselamatan mereka, namun ia hanya bisa pasrah.
"Pasti mikirin keluarga, saya kangen banget sama keluarga, sahabat dan tunangan saya ha ha ha. Paling hanya video call dan kasih kabar. Kami sama-sama berjuang, dan perasaannya lebih enteng aja karena saya menjalani ini nggak sendirian," ungkap Greysia.
Di masa-masa karantina tertutup di pelatnas, Greysia mencoba untuk mengisi waktu dengan berbagai hal positif dengan mempelajari hal-hal baru. Salah satunya belajar main piano, sebuah kegiatan yang sudah lama ia niatkan, tapi terbentur oleh jadwalnya yang padat.
"Memang pengin banget sejak lama, tapi nggak pernah punya waktu untuk mainin pianonya. Di rumah jarang, di asrama juga jarang karena selalu pergi bertanding. Di asrama kalau pulang latihan sudah capek, mendingan waktunya dipakai tidur," kata Greysia.
Greysia berharap pandemi Covid-19 segera berakhir. Selain berserah diri, Greysia juga banyak berintrospeksi diri dan merenung di masa-masa sulit ini. "Saya banyak menenangkan diri, sudah kayak pasrah, berserah, dengan keadaan gini kita nggak bisa kontrol situasi di luar kemampuan kita. Lebih sering introspeksi diri," pungkasnya.