REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR-- Sebanyak 350 penumpang kereta rel listrik (KRL) di Stasiun Bogor melakukan tes swab atau pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR). Langkah itu, untuk mengetahui penyebaran Covid 19 di moda transportasi KRL.
Divisi Pelacakan Kontak dan Deteksi Dini pada Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan, stasiun dan kereta api dinilai menjadi medium persebaran Covid-19. Dia menjelaskan, stasiun bisa menjadi local transmission Covid-19.
"Mudah-mudahan bisa menggambarkan apakah ada penyebaran (Covid-19) di KRL," ujar Dedi, Senin (27/4).
Secara keseluruhan terdapat 350 PCR swab yang disediakan. Jumlah itu dibagi menjadi dua bagian yakni 300 untuk penumpang dan 50 pemeriksaan swab test disediakan bagi petugas KRL yang bertugas di Stasiun Bogor. Menurut Dedi, pemeriksaan dilakukan secara acak. Dalam prosesnya, penumpang diukur suhu tubuhnya kemudian dilakukan pengambilan lendir melalui tenggorokan.
"Kita bagi ke dalam dua sampling yaitu kedatangan dan keberangkatan. Yang keberangkatan 200 dan kedatangan sebanyak 100," ujar Dedi.
Dedi menambahkan, penumpang yang diperiksa berdasarkan usia yang mempunyai risiko tinggi terpapar Covid 19. Dia menjelaskan, sebanyak 200 PCR dipergunakan untuk memeriksa penumpang yang berusia 50 tahun keatas.
Dia menyatakan, langkah itu sebagai upaya pembuktian adanya persebaran Covid 19 di KRL. Demikian, pemerintah pusat maupun daerah dapat mengambil langkah antisipatif. "Kita akan meyakinkan kepada pemerintah provisi, kota/kabupaten maupun pusat bahwa KRL perlu ada treatmen khusus. Ada skema yang berbeda dari SOP, tapi mungkin jika risikonya lebih tinggi harus ada pertimbangan," ujarnya.
Dedi melanjutkan, sumber persebaran Covid 19 mulanya berasal dari klaster luar negeri. Namun, saat ini telah berkembang menjadi local transmission. "Jadi pergerakan orang dari Jakarta, Bekasi, dan Bogor. Mulai dari kasus postif sampai meninggal. Nah dari jumlah ini, kurang lebih sekitar 30 persenan yang kita tracking, yang paling ditakuti di titik mobilisasi masyarakat di terminal, pelabuhan, bandara, dan kereta api," katanya.
Dedi menuturkan, pihaknya telah melakukan tracking kepada satu orang di Stasiun Leuwipanjang yang terinfeksi Covid 19. Hasilnya, dari 100 orang yang diperiksa terdapat satu penumpang yang positif.
"Lalu untuk tracking kereta, KAI sudah tutup yang dari DKI Jakarta, dan yan masih buka KRL. Karena pertimbangan itu lah kemudian kita coba bikin pra analitik untuk di KRL karena pergerakannya cukup tinggi di DKI Jakarta sebagai episentrum (corona) dan Bogor," ucapnya.
Dia menuturkan, dari pemeriksaan tersebut hasil swabnya akan diketahui 3 hingga 4 hari ke depan. Bagi penumpang yang negatif Covid 19, akan segera diinformasikan. Sementara, bagi yang positif akan dikomunikasikan dengan Dinkes Kota Bogor untuk dilakukan treatmen khusus.
Kabid Perkeretaapian Dishub Jabar, Iskandar menambahkan, dengan adanya pengujian kepada penumpang KRL diharapkan bisa menggambarkan situasi persebaran Covid 19 di KRL secara keseluruhan. Demikian, pemeritah dapat mengambil kebijakan yang tepat di tengah pendemi Covid 19.
"Karena kita sampling benar-benar random untuk memberi gambaran. Mudah-mudahan hasilnya negatif semua sehingga mereka tetap aman selama di stasiun" kata Iskandar.
Dia menuturkan, jika hasil test swab ada yang dinyatakan positif, maka pemerintah akan melakukan pengamanan yang lebih ketat. Sebab, KRL menjadi tranportasi masal cukup banyak dipergunakan masyarakat.
"Tapi itu keputusannya di level pimpinan. Jadi kita hanya melaksanakan tes, nanti hasilnya kita laporan ke pimpinan," jelasnya.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menuturkan, pemeriksaan kepada 350 penumpang dan petugas KRL dapat menjadi pertimbangan Pemkot Bogor untuk ngambil kebijakan. Terlebih, Pemkot Bogor juga mengusulkan memperpanjang Pembatasan sosial berskala Besar (PSBB).
Selain itu, Dedie menjelaskan, hasil swab itu juga dapat dijadikan pertimbangan oleh Kementrian Perhubungan untuk tetap mengoperasionalkan KRL. Sebab, Lima kepala daerah telah mengusulkan untuk menghentikan KRL pada perpanjagan masa PSBB yang kedua.
"Apakah benar kemarin di awal meminta untuk menutup operasional KRL. Apakah betul ketakutan kita, ada risiko penyebaran," ucap Dedie.