REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya mencatat sejak awal 2020 terdapat 151 kejadian bencana di wilayah itu. Total kerugian akibat bencana itu mencapai sekitar Rp 3,3 miliar.
Berdasarkan data yang didapat Republika, bencana tanah longsor masih mendominasi dengan total 90 kejadian. Kemudian disusul angin kencang 38 kejadian, kebakaran 10 kejadian, serta gempa bumi, banjir, dan pergerakan tanah yang masing-masing di bawah 10 kejadian.
Total korban jiwa yang terdampak mencapai 156 kepala keluarga atau 281 jiwa. Sementara bangunan rusak mencapai 92 unit dengan rincian 17 unit rusak berat, 29 rusak sedang, dan sisanya rusak ringan.
"Yang paling banyak terjadi itu tanah longsor," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kabupaten Tasikmalaya, saat dihubungi Republika, Senin (27/4).
Bencana bencana di Kabupaten Tasikmalaya sejak Januari itu terjadi di 27 kecamatan. Bencana paling banyak terjadi di Kecamatan Sodonghilir dengan 19 kejadian, disusul Bojonggambir sembilan kejadian, Parungponteng delapan kejadian, dan Taraju tujuh kejadian.
Irwan mengingatkan kejadian bencana masih berpotensi untuk bertambah. Apalagi, saat ini masih memasuki musim hujan. "Kalau sekarang itu harusnya peralihan. Tapi karena kemarin juga musim hujannya terlambat, jadi nanti kemarau juga akan terlambat," kata dia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi beberapa hari ke depan, tepatnya pada 27 April hingga 3 Mei, akan terjadi hujan lebat di sejumlah wilayah Indonesia termasuk Jawa Barat. Pelaksana tugas Deputi Bidang Meteorologi BMKG Herizal mengatakan saat ini sebagian besar wilayah Indonesia masih mengalami periode peralihan musim (pancaroba) dari musim hujan ke musim kemarau. BMKG memprediksi awal musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi mulai Mei.
Hasil analisis BMKG menunjukkan kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil di wilayah Indonesia dapat terjadi beberapa hari ke depan dan meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia. "Kondisi itu dipicu oleh aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) dan sirkulasi siklonik di sekitar Laut Jawa bagian barat, serta di perairan utara Maluku, dan Papua Barat yang membentuk daerah belokan dan pertemuan angin atau konvergensi," kata dia melalui keterangan resmi.
Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan akan terjadi hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir. Kondisi itu akan dibagi menjadi dua periode yaitu periode pertama pada 27-30 April dan periode kedua pada 1-3 Mei. Wilayah Jawa Barat masuk ke dalam dua periode itu.
Karena itu, masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem. Bencana yang berpotensi terjadi di antaranya adalah puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dan lain-lain, yang dapat berdampak pada banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin.