Rabu 29 Apr 2020 06:24 WIB

Larangan Terbang Boeing 737 MAX Setidaknya Sampai Agustus

Setidaknya, 400 unit 737 MAX tidak terkirim dan tersimpan dalam gudang.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Hiru Muhammad
Pesawat Boeing 737 MAX 8 tengah uji terbang di lapangan udara Renton, Washington, Amerika Serikat.
Foto: AP Photo/Ted S. Warren
Pesawat Boeing 737 MAX 8 tengah uji terbang di lapangan udara Renton, Washington, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Langkah Boeing Co untuk melarang terbang (grounded) jet 737 MAX diperkirakan berlangsung hingga setidaknya Agustus. Sebab, produsen pesawat tersebut terus bergulat dengan masalah perangkat lunak, menurut sumber yang memahami masalah Boeing kepada Reuters.

Sumber itu menyebutkan, Boeing berharap dapat memenangkan persetujuan dari pihak berwenang untuk kembali menerbangkan 737 MAX pada Agustus. Tapi, rencana ini dapat tertunda jauh sampai musim gugur karena belum ada tanda-tanda perbaikan.

Pesawat terlaris 737 MAX diketahui sudah dilarang terbang sejak Maret 2019, setelah dua kecelakaan fatal terjadi dalam kurun waktu lima bulan yang menewaskan 346 orang. Boeing menghentikan produksi jet tersebut pada Januari. Setidaknya, 400 unit 737 MAX tidak terkirim dan tersimpan dalam gudang.

Southwest Airlines Co, operator terbesar dari 737 MAX di seluruh dunia, mengatakan, pihaknya akan menghapus MAX dari jadwal penerbangannya sampai 30 Oktober. Seperti dilansir di Reuters, Rabu (29/4), kebijakan tersebut diambil berdasarkan komunikasi terbaru maskapai dengan Boeing.

Sementara itu, Administrasi Penerbangan Federal (FAA) telah berulang kali mengatakan, belum berncana menyetujui mengembalikan 737 MAX ke landasan. Sampai saat ini, Boeing belum memberikan komentar.

Pekan lalu, Reuters melaporkan, penerbangan uji sertifikasi utama telah ditunda hingga akhir Mei. Pada awal bulan ini, Boeing juga melaporkan adanya dua masalah perangkat lunak baru yang seharusnya digunakan untuk kontrol penerbangan 737 MAX.

Salah satu permasalahannya adalah terkait kesalah hipotetis dalam mikroprosesor kontrol penerbangan, berpotensi menyebabkan kehilangan kontrol. Masalah lain dapat menyebabkan pelepasan fitur autopilot menjelang pendaratan.

Saat itu, Boeing menyebutkan, pihaknya bekerja dengan Raytheon Technologies Corp unit Collins Aerospace Systems untuk pembaruan perangkat lunak. Tapi, masih belum jelas kapan Collins akan menyelesaikan pekerjaan dan berapa lama yang dibutuhkan AS dan regulator lain untuk memvalidasi perbaikan saat Boeing sudah menyelesaikan audit dokumentasi perangkat lunak.

 

 

 

 

 

sumber : reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement