Rabu 29 Apr 2020 18:11 WIB

Unjuk Rasa dengan Kekerasan Kembali Terjadi di Lebanon

Lebanon menghadapi ancaman krisis ekonomi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nashih Nashrullah
Lebanon menghadapi ancaman krisis ekonomi.  Ilustrasi warga Lebanon membakar ban di Beirut sebagai bentuk protes anti-pemerintah, Rabu (22/1).
Foto: Wael Hamzeh/EPA
Lebanon menghadapi ancaman krisis ekonomi. Ilustrasi warga Lebanon membakar ban di Beirut sebagai bentuk protes anti-pemerintah, Rabu (22/1).

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI – Protes kembali terjadi di beberapa kota Lebanon, Selasa (28/4). Demonstrasi di Lebanon disertai dengan pembakaran bank-bank dan kekerasan menanggapi meningkatnya kesulitan ekonomi.

Jatuhnya mata uang, melonjaknya inflasi dan meningkatnya pengangguran mengguncang Lebanon, sebuah negara dalam krisis keuangan yang mendalam sejak Oktober. 

Baca Juga

Terlebih lagi penghentian aktivitas untuk melawan virus corona memperburuk keadaan perekonomian. 

Dalam demonstrasi hari kedua ini, laporan tenaga medis menyatakan, terdapat satu orang meninggal pada Senin (27/4) malam. Korban diketahui berjenis kelamin laki-laki berusia sekitar 20-an tahun. 

Sedangkan bank-bank dibakar di kota utara Tripoli pada Selasa. Kondisi rusuh ini membuat tentara menembakkan peluru karet dan gas air mata. 

Sedangkan demonstran yang berkumpul di lapangan utama dan beberapa yang berada di jalan-jalan melemparkan batu ke pasukan keamanan.

Bank telah menjadi sasaran kemarahan demonstran karena pembekukan simpanan. Para pengunjuk rasa di kota Sidon selatan meneriakkan "revolusi" ketika melemparkan bom bensin ke sebuah gedung bank sentral dan membakar bagian luarnya sebelum menghancurkan bagian depan bank.  

Wilayah Beirut menunjukan puluhan orang berpawai melintasi kota, beberapa mengenakan makser sembari meneriakkan sistem keuangan dan berteriak agar lebih banyak orang Lebanon bergabung. Kemudian, orang banyak melemparkan batu ke arah pasukan keamanan yang diposisikan di depan bank sentral.

"Ini bukan kerusuhan, ini mengekspresikan (kemarahan) bahwa dolar telah mencapai 4.000 pound Lebanon. ... Bagaimana orang akan makan? Dan ini adalah bulan suci Ramadhan," kata seorang aktivis Tripoli, Abou Hussein.

Pihak militer mengatakan, sebuah bom api dilemparkan ke salah satu kendaraannya dan sebuah granat tangan dilemparkan ke kelompok patroli. 

Tindakan itu diklaim ulah penyusup dan meminta pengunjuk rasa damai untuk meninggalkan jalan-jalan. Sebanyak 40 tentara terluka di Tripoli dan di tempat lain pada malam pertama kerusuhan.

Kerusuhan yang tumbuh mengancam  Lebanon ke dalam konflik yang lebih serius bahkan ketika Beirut berusaha untuk meloloskan rencana penyelamatan ekonomi. 

Pemerintah memasuki negosiasi dengan kreditor asing setelah gagal memenuhi kewajiban utangnya yang besar bulan lalu.

Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab,  mendesak warga Lebanon untuk menahan diri dari kekerasan. Dia mengencam niat jahat yang bersembunyi di balik layar karena mengguncang stabilitas. 

"Kami dihadapkan dengan realitas baru, kenyataan bahwa krisis sosial dan kehidupan telah memburuk pada kecepatan rekor, terutama dengan kenaikan nilai tukar dolar AS ke tingkat rekor di pasar gelap," kata Diab dalam sebuah pernyataan.

Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, mengatakan dalam panggilan telepon dengan Diab, Paris siap untuk mengadakan pertemuan kelompok dukungan internasional untuk Lebanon. Langkah itu diambil segera setelah lockdown akibat virus corona dicabut.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement