REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Australia telah menyerukan penyelidikan internasional tentang asal-usul dan penyebaran Covid-19. Akan tetapi Indonesia memilih fokus menangani dampak virus tersebut. Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, seruan mengenai penyelidikan independen itu telah disampaikan juga oleh Menlu Australia Marise Payne dalam pembicaraan mereka pada 22 April lalu.
“Saya sampaikan bahwa Indonesia memantau posisi Australia terkait penyelidikan independen tersebut. Namun, saya sampaikan, saat ini Indonesia akan berkonsentrasi untuk menangani Covid-19 dan dampak sosial ekonominya,” kata Menlu Retno dalam konferensi pers secara virtual dari Jakarta, Rabu (29/4).
Perdana Menteri Australia Scott Morrison telah mendesak beberapa pemimpin dunia untuk mendukung penyelidikan internasional tentang asal-usul dan penyebaran virus corona, serta tanggapan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Morrison mengatakan, semua anggota WHO harus diwajibkan untuk berpartisipasi dalam penyelidikan itu. Ia menambahkan bahwa Australia akan mendorong penyelidikan dalam pertemuan Majelis WHO pada 17 Mei.
"Kami ingin dunia menjadi lebih aman ketika berhadapan dengan virus. Saya berharap agar negara lain baik China atau siapa pun akan berbagi tujuan itu," kata Morrison kepada wartawan di Canberra, seperti dilaporkan Reuters.
Seruan Australia untuk penyelidikan itu akan mendapat dukungan dari Gedung Putih, yang telah kritis terhadap penanganan pandemi oleh China dan WHO. AS bahkan telah berencana menghentikan pemberian dana untuk badan PBB itu.
Di lain pihak, Beijing dengan keras telah menolak permintaan untuk penyelidikan. Beijing menggambarkan upaya tersebut sebagai propaganda yang dipimpin AS melawan China.
China adalah mitra dagang terbesar Australia, tetapi hubungan diplomatik keduanya terganggu dalam beberapa tahun terakhir di tengah tuduhan Beijing telah melakukan serangan dunia maya dan telah berusaha untuk mencampuri urusan dalam negeri Canberra.
"Apa yang disebut penyelidikan independen yang diusulkan oleh Australia sebenarnya adalah manipulasi politik," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang, berbicara pada jumpa pers harian di Beijing, Kamis pekan lalu.
"Kami menyarankan Australia untuk melepaskan prasangka ideologisnya," kata Geng.