REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyebutkan, ada tiga faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia saat ini. Mereka adalah pengendalian inflasi, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), dan pembagian bantuan sosial yang tepat sasaran dan waktu.
Suhariyanto menjelaskan, tingkat kemiskinan di beberapa provinsi di Indonesia diperkirakan naik. Penyebabnya, kebijakan physical distancing, working from home (WFH) untuk menekan penyebaran virus corona (Covid-19) yang telah menghambat aktivitas ekonomi dunia usaha maupun UMKM.
Suhariyanto tidak dapat menyebutkan kenaikannya secara pasti. Sebab, saat ini, BPS sedang mengumpulkan data-data terkait tingkat kemiskinan untuk dianalisis kemudian dipublikasikan pada pertengahan tahun.
"Tapi, bisa saya informasikan, tren yang ada untuk provinsi-provinsi yang berada di Jawa diperkirakan akan naik karena Covid-19 menyebar terutama di Jakarta, kemudian menyebar di Jawa," ujar Suhariyanto dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR secara virtual, Kamis (30/4).
Suhariyanto menyebutkan, pengendalian inflasi menjadi poin utama untuk menahan laju tingkat kemiskinan. Khususnya bahan pangan pokok seperti beras yang di beberapa kota sudah mengalami kekurangan pasokan hingga kenaikan harga.
Faktor lain yang berpengaruh adalah pertumbuhan ekonomi. Pada kuartal pertama, PDB Indonesia diprediksi masih positif, meski melambat. Pemerintah memproyeksikan, ekonomi pada periode Januari hingga Maret mampu tumbuh di atas empat persen. Tapi, Suhariyanto menjelaskan, ekonomi akan mengalami kontraksi pada kuartal kedua.
Ketepatan penyaluran bantuan sosial juga menjadi kunci tingkat kemiskinan apabila belajar dari realisasi sepanjang 2005 hingga 2009. "Jadi, pengendalian inflasi, data pertumbuhan ekonomi, ketepatan bansos, berpengaruh ke distribusi pendapatan sehingga akan berpengaruh pada naik atau tidkanya kemiskinan, pengangguran dan juga gini ratio," tutur Suhariyanto.