SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM- Wabah corona virus atau covid-19 benar-benar memukul sektor usaha kecil. Tak terkecuali sektor usaha batik.
Di Sragen, sedikitnya 1.000an buruh pembatik di tiga desa di sentra batik yang ada di Sragen dilaporkan terpaksa dirumahkan karena produksi sudah berhenti gara-gara sepinya order.
Sugiyamto, pemilik usaha "Dewa Batik" di Dukuh Jantran, RT 25/5, Desa Pilang, Masaran, Sragen mengatakan di tiga desa sentra batik yakni Pilang, Kliwonan Masaran dan Pungsari Plupuh, total ada sekitar 400 perajin batik.
Pengusaha batik sekaligus anggota DPRD Sragen itu menuturkan dari berhentinya 400 usaha itu, tidak kurang dari 1.000 pekerja yang terpaksa harus dirumahkan. Nihilnya order dan merosotnya pendapatan dampak penurunan daya beli masyarakat, menjadi alasan para perajin memilih menyetop usaha dan merumahkan pekerja.
"Semua sudah berhenti produksi sekitar tiga bulan sampai dua bulan terakhir. Pekerjanya mayoritas warga sekitar. Sebenarnya kasihan juga, tapi ya bagaimana lagi. Ini masa yang paling sulit bagi perajin. Makanya kami juga berharap para pekerja batik itu harusnya dipikirkan supaya dapat Bansos. Karena mereka juga sudah lama nganggur," terang legislator PDIP itu kepada Joglosemarnews.com, Minggu (3/5/2020).
Sementara, sebagian kecil masih berusaha bertahan dengan banting setir memproduksi masker. Itu dilakukan demi bisa bertahan meski belakangan pesanan masker pun juga mulai menurun.
Salah satunya dilakukan di Perajin Batik Nugroho, di Desa Pilang, Masaran. Di tempat usaha milik Kades Pilang, Sukisno ini, sudah hampir sebulan beralih memproduksi masker batik karena orderan kain batik sudah sangat sepi.
Sukisno menuturkan pekerja mbatik di tempatnya ada sekitar 11 orang. Karena tak tega merumahkan, ia masih berusaha mempekerjakan mereka yang bisa menjahit, untuk memproduksi masker.
"Sekarang beralih ke masker sudah sebulanan. Ya karena batik sepi dan banyak yang pesan masker. Sehari kita produksi sekitar 2000 sampai 3000 lembar masker. Yang pesan ya rekan-rekan Kades, ada juga pesanan dari luar," papar Sukisno ditemui di kediamannya kemarin.
Masker batik produksinya dibanderol antara Rp 2.000 dan Rp 3.000 per lembar. Namun seiring dengan adanya bantuan masker gratis dari Pemkab, pesanan masker pun juga mulai berkurang.
"Untuk batik memang sementara kita tidak produksi dulu. Ya karena orderan sepi. Klewer yang biasanya jadi andalan kita, sudah sepi sejak ada corona. Kalau ada pesanan saja, baru kita buatkan," tandasnya.
Meski tidak produksi, Batik Nugroho yang menjadi ikonnya, saat ini masih tersedia stok. Sukisno menambahkan bagi pelanggan yang memesan tetap dilayani dengan stok yang masih ada.