Senin 04 May 2020 08:31 WIB

Pandemi Titik Tolak Revolusi Dakwah

Wabah Covid-19 tidak boleh menjadikan dakwah dan tablig Muhammadiyah terhenti.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Ketua PP Muhammadiyah - Agus Taufiqurrahman
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua PP Muhammadiyah - Agus Taufiqurrahman

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) masih berlangsung dan penularannya terus saja terjadi. Karenanya, mau tidak mau imbauan social atau physical distancing harus terus dijalankan masyarakat Indonesia.

Ketua PP Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman mengatakan, Muhammadiyah sendiri sejak diumumkan pasien 01 dan 02 Covid-19 sudah terlibat penanganan Corona. Bahkan, Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) dibentuk sebelum Gugus Tugas Covid-19 pemerintah dibentuk.

"MCCC yang memimpin seluruh kegiatan Muhammadiyah dalam rangka ikhtiar mencegah penularan dan mengatasi Covid-19," kata Agus dalam rakor daring Tuntunan Ibadah di Masa Darurat yang digelar Pusat Syiar Digital Muhammadiyah.

Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, Syamsul Anwar mengimbau semua warga, khususnya warga Muhamamdiyah, untuk mematuhi fatwa yang sudah dikeluarkan PP Muhammadiyah. Tujuannya, tidak lain memutus mata rantai penularan Covid-19.

Ia menekankan, agama Islam bertujuan memberi kemaslahatan bagi umat manusia. Syamsul mengingatkan, kemaslahatan memiliki lima pokok yaitu perlindungan jiwa raga, agama, keluarga, akal pikiran dan perlindungan harta kekayaan.

"Saat ini, kita dihadapkan keadaan untuk melindungi jiwa raga karena ada persebaran Covid-19," ujar Syamsul.

Syamsul menekankan, dalam rangka perlindungan itu ibadah yang biasanya biasa dilakukan terpaksa tidak dilakukan secara normal. Tapi, ia mengatakan, walau di rumah masing-masing bukan berarti mengurangi kemuliaan seperti berjamaah.

"Dengan melakukan demikian bukan berarti kita melanggar agama karena tujuan dari agama untuk perlindungan manusia dan agama tidak bersifat memberatkan," kata Syamsul.

Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fatturahman Kamal, meminta, agar semua mubalig, dai dan warga Muhammadiyah berpegang teguh kepada fatwa. Pasalnya, belakangan muncul tulisan-tulisan membingungkan terkait fatwa tersebut.

Tapi, ia meminta, wabah Covid-19 tidak boleh menjadikan dakwah dan tablig Muhammadiyah terhenti. Justru, harus menjadi titik tolak revolusi dakwah digital persyarikatan yang selama ini kurang diperhatikan dengan baik.

"Seluruh struktur Majelis Tablig dan mubalig Muhammadiyah di garis depan hendaknya betul-betul memegang manhaju taisir, yasiru wala tuassiru, mudahkan urusan agama karena memang itu perintah Allah SWT, namun kita tidak memudah-mudahkan," ujar Fatturahman.

Ia menambahkan, ibadah berjamaah memang sudah menjadi perintah Allah SWT dan karakter warga. Tapi, Fatturahman menegaskan, menjaga nyawa juga perintah Allah SWT dan mubalig harus ada di garis depan menjaga kehidupan manusia.

"Tidak ada larangan beribadah, kita hanya berpindah dari satu kewajiban yang diperintahkan Allah SWT kepada kewajiban lain yang juga perintah Allah SWT," kata Fatturahman.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement