Senin 04 May 2020 13:15 WIB

BPS Sebut Tren Inflasi April tidak Biasa

BPS mencatat tingkat inflasi pada April 2020 sebesar 0,08 persen.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Inflasi
Foto: Republika
Inflasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan tingkat inflasi pada April sangat rendah dan menunjukkan tren tidak biasa. Hal tersebut mulai dari hasil upaya pemerataan ketersediaan bahan pangan hingga dampak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang sudah ditetapkan di sejumlah daerah.

PS mencatat, pada bulan lalu tingkat inflasi mencapai 0,08 persen dengan inflasi tahunan (year on year) 2,67 persen. Suhariyanto menyebutkan, nilai tersebut rendah sekali dan tidak menunjukkan pola seperti biasa menjelang Ramadan karena melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Maret 2020, inflasi tercatat 10 persen dan inflasi tahunan 2,96 persen.

Baca Juga

Ada beberapa faktor yang menyebabkan tren tersebut. Pertama, pasokan bahan pangan yang terjaga di banyak daerah. "Pemerintah sudah siapkan sejak awal sehingga kita lihat harganya sangat stabil," kata Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Senin (4/5).

Di sisi lain, Suhariyanto mengatakan, tingkat inflasi yang rendah menjelang Ramadan terjadi karena adanya penurunan permintaan barang dan jasa dari masyarakat. Hal ini sebagai dampak implementasi PSBB di berbagai wilayah.

Faktor lain yang tidak kalah penting adalah penurunan daya beli rumah tangga seiring dengan penurunan inflasi inti dari 0,29 persen pada Maret menjadi 0,17 persen. "Ini perlu dicermati," ujar Suhariyanto.

BPS mencatat, pola dari inflasi inti tersebut juga tidak biasa. Menjelang Ramadan dan Idul Fitri, Suhariyanto mengatakan, inflasi inti biasa naik karena permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa meningkat.

Besaran inflasi inti pada April adalah 0,17 persen dengan sumbangan ke inflasi April mencapai 0,11 persen. Komoditas yang menyebabkannya adalah kenaikan emas dan perhiasan dengan andil 0,06 persen dan gula pasir 0,02 persen.

Di sisi lain, harga diatur pemerintah mengalami deflasi 0,14 persen dan sumbangan ke deflasi 0,02 persen. Penurunan tarif angkutan udara menjadi faktor utamanya yang memberikan andil 0,05 persen kepada kelompok transportasi.

Harga bergejolak pun mengalami deflasi 0,09 persen dengan andil 0,01 persen. "Yang memberikan andil ke inflasi bawang merah, minyak goreng, dan sebagainya. Sedangkan, cabai merah (dan) bawang putih deflasi," ucap Suhariyanto.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement