Selasa 05 May 2020 01:04 WIB

Pakar Genetika Ulas Kemungkinan Reinfeksi Virus Corona

Betulah orang yang sudah sembuh Covid-19 bisa kembali terinfeksi virus corona?

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Suasana lorong stasiun yang padat dengan penumpang memakai masker di Tokyo, Jepang, Senin (27/4). Orang yang sudah sembuh dari Covid-19 bisa jadi mengalami infeksi berulang virus corona tipe baru.
Foto: AP/Eugene Hoshiko
Suasana lorong stasiun yang padat dengan penumpang memakai masker di Tokyo, Jepang, Senin (27/4). Orang yang sudah sembuh dari Covid-19 bisa jadi mengalami infeksi berulang virus corona tipe baru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat seseorang sudah terinfeksi Covid-19, maka akan terbentuk antibodi secara alami dalam tubuhnya. Betulkah kecil kemungkinan pasien sembuh dari Covid-19 akan terinfeksi kembali apabila terpapar?

Ahli genetika molekuler, dr Teguh Haryo Sasongko PhD, mengatakan bahwa memang di beberapa negara, pasien yang tadinya dinyatakan sembuh ada yang diduga mengalami reinfeksi. Menurut Teguh, sebenarnya ada beberapa kemungkinan yang berpotensi mengakibatkan reinfeksi, salah satunya adalah rendahnya level antibodi pada sebagian kecil pasien yang sembuh. 

Baca Juga

Teguh mengungkapkan, di China, hanya 10 pasien dari 175 pasien tidak terdeteksi antibodi cukup. Artinya, 160 sekian menunjukkan level antibodi yang memadai.

"Namun, ada juga kasus-kasus yang kembali positif setelah pasien dinyatakan sembuh berdasarkan hasil tes RT-PCR yang negatif, kemungkinan besar ini false positif, jadi sesungguhnya negatif tetapi dideteksi sebagai positif," ujar Teguh dalam webinar pekan lalu. 

Teguh mengatakan, RT-PCR tidak dapat membedakan partikel-partikel yang hidup dan sudah mati. Virus yang masih hidup dan mati tidak bisa dibedakan setelah pasien sembuh.

"Apakah pasien sembuh bisa menulari lagi? Belum ada bukti memadai. Saat dilakukan studi Jerman, hasilnya tidak dapat terdeteksi pada hari ke-10. Di China, terdeteksi sangat rendah," paparnya.

Menurut Teguh, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengeluarkan pedoman, pasien boleh keluar isolasi setelah gejalanya secara umum membaik, demamnya turun minimal selama 72 jam, dan sudah tujuh hari pasca timbulnya gejala pertama. Secara umum, rekomendasi itu juga diterima oleh para ahli.

Jadi, misalnya seseorang seseorang mulai demam tgl 1 Mei, kemudian tgl 4-6 Mei tidak demam lagi (72 jam), maka masih belum boleh keluar isolasi karena belum tujuh hari dari mulai timbulnya gejala. Paling cepat boleh keluar rumah adalah tanggal 8 Mei (tujuh hari pasca timbulnya gejala).

"Tapi apabila tanggal 8 Mei belum juga turun demamnya, juga tidak boleh keluar isolasi karena demamnya belum turun, walaupun sudah tujuh hari pasca timbulnya gejala," katanya. 

Di kesempatan terpisah, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Subandrio menjelaskan, pasien sembuh Covid-19 bisa saja kembali terinfeksi kembali virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19. Reinfeksi bisa terjadi jika kekebalan tubuh tidak cukup melawan penyakit itu.

"Tetap memungkinkan, terkena (Covid-19) lagi tetap mungkin kalau dia tidak membangkitkan kekebalan yang cukup," kata Amin, di Jakarta, Rabu (29/4).

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement