REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menjadi negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di seluruh dunia. Hingga saat ini, diperkirakan bahwa jumlah umat Muslim mencapai 207 juta orang.
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof KH Din Syamsuddin menyebut, ada banyak pandangan dari negara lain terhadap Islam Indonesia. Beberapa menilai Islam di Indonesia positif, tapi tidak sedikit pula yang menilai negatif.
Meski demikian, ada satu hal yang menjadi poin penting Islam di Indonesia dan dipuji dunia. Watak jalan tengah atau Wasatiyat Islam dinilai baik dan perlu diadopsi oleh banyak negara lainnya.
"Ada banyak sekali sisi positif yang dikemukakan orang terhadap Islam Indonesia. Tapi harus kita akui ada juga sisi negatifnya," ucap Din Syamsuddin dalam webinar bersama Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia, Kamis (7/5).
Dalam pandangan umum Ulama Timur Tengah, mereka menyebut Islam di Indonesia tidak murni, masih bercampur dengan tradisi dan budaya lokal. Ada praktik-praktik tradisi dan budaya yang berkembang dalam kehidupan agama.
Din menyebut, hal ini tidak sepenuhnya dinilai sebagai hal yang negatif. Beberapa menyebut perilaku ini sebagai kreatifitas dan tidak menjadi masalah, selama tidak bertentangan dengan nilai dasar Islam atau akidah Islam.
Ketika muncul kekerasan di Indonesia akibat radikalisme maupun ekstrimisme, hal ini juga tidak menjadi satu-satunya wajah Islam Indonesia di mata dunia. Islam Indonesia dikenal sebagai orang yang ramah, santun, sopan, serta penuh harmoni.
Islam Indonesia berkembang sesuai dengan budaya. Sangat melekat harmonisasi baik antara manusia dengan Sang Pencipta, alam, maupun sesama makhluk. Harmoni ini mengejewantahkan kecenderungan gotong royong dan musyawarah.
"Dalam pertemuan tingkat tinggi membahas wasatiyat Islam, 43 negara mengirimkan ulama tingkat tinggi, termasuk dari Al Azhar. Mereka secara terbuka memberikan penghargaan bahwa Islam kita mengedepankan konsultasi dan musyawarah. Syura menjadi kriteria penting Wasatiyat Islam," lanjut Din.
Islam Indonesia mengamalkan adanya jalan tengah dan Wasatiyatul Islam menjdi ciri khasnya. Dalam kesehariannya, mengedepankan jalan tengah, harmoni, berkomunikasi, bermusyarawah, termasuk mengedapankan kewarganegaraan.
Konflik-konflik yang terjadi di Indonesia, terjadi karena faktor-faktor non-agama, seperti ketidak adilan sosial, ekonomi dan politik. Aspek agama muncul setelahnya dan dijadikan sebagai pembenaran utama.
Testimoni yang didapat Din, melalui beragam pertemuan tokoh-tokoh dunia baik Islam maupun lintas agama, menunjukkan mereka memandang Islam Indinesia berbeda dari negara lain. Indonesia masih bisa menyelesaikan masalah melalui mediasi.
Din mengatakan, penghargaan tertinggi didapat ketika banyak delegasi datang dari Timur Tengah, termasuk Palestina, yang meminta dukungan dari umat Islam Indonesia untuk menyelesaikan konflik yang ada. Tak ketinggalan negara lain seperti Filipina, Afghanistan, dan Republik Afrika Tengah.
"Ini kita jadikan sebagai bahan introspeksi, muhasabah. Hal-hal negatif kita hilangkan, yang positif kita tingkatkan. Penghargaan dan harapan ini harus kita pertahankan," kata dia.
Terakhir, ia menyebut Islam Indonesia merupakan Islam yang ramah. Datang melalui tangan para pedagang dan sufisme yang kuat menekankan harmoni. Di Indonesia, agama ini bertemu dengan budaya pra-Islam yang juga menekankan keselarasan dan keseimbangan. Perpaduan ini lantas berkembang sebagai wawasan keislaman di banyak daerah.
Watak jalan tengah Islam Indonesia sangat kentara. Arus utama Islam Indonesia menampilkan wajah ahli sunnah wal jamaah, sunni. Wajah ini sangat menekankan jalan tengah dan adanya hubungan simbiotik antara negara dan agama.