Ahad 10 May 2020 16:25 WIB

Sudah Seratusan Pemudik ke Sleman Diminta Kembali

Pengendara dari luar kota banyak yang dihentikan sebelum sampai ke perbatasan Sleman.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fuji Pratiwi
Larangan mudik. (Ilustrasi). Pemudik yang datang dari luar kota ke Kabupaten Sleman diminta kembali.
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Larangan mudik. (Ilustrasi). Pemudik yang datang dari luar kota ke Kabupaten Sleman diminta kembali.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemudik yang datang dari luar kota ke Kabupaten Sleman masih terus ditemukan. Sejak diaktifkan 11 April 2020, dua posko perbatasan di Kecamatan Tempel dan Kecamatan Prambanan sudah meminta seratusan pengendara kembali.

"Sampai kini yang diperiksa sudah 11 ribu lebih, yang disuruh kembali hanya sekitar 100 lebih sedikit, 0,1 persen tidak ada, sangat kecil," kata Bupati Sleman, Sri Purnomo, usai melakukan pemantauan ke dua posko tersebut, Ahad (10/5).

Baca Juga

Ia mennilai, jika dilihat dari sepinya suasana lalu lintas pada akhir pekan, masyarakat dirasa sudah cukup sadar pentingnya berdiam di rumah. Sehingga, bisa ikut memutus mata rantai penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Selain itu, pengendara yang datang dari luar kota dan akan datang banyak yang dihentikan sebelum sampai ke perbatasan-perbatasan Kabupaten Sleman. Baik di tol-tol ke luar Jakarta, perbatasan di Cirebon dan perbatasan di Semarang.

"Masih jarang yang lolos sampai di sini," ujar Sri yang didampingi Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Dinas Perhubungan dan Polantas Kabupaten Sleman.

Di pos perbatasan Kecamatan Tempel, ditemukan pengendara banyak yang datang dari Magelang, Muntilan, Semarang dan sekitarnya. Walaupun, banyak terlihat kendaraan roda tempat yang berpelat Jakarta tapi dikendarai warga lokal.

Mereka yang miliki tujuan jelas, ada keterangan sehat dan bukan untuk mudik masih diizinkan melanjutkan perjalanan. Seperti membawa barang dagangan dan kebutuhan bahan pokok.

Tapi, ada pula yang diminta kembali karena kedapatan mudik, tidak menerapkan protap kesehatan dan penumpang melebihi kapasitas yang ditetapkan. Sedangkan, di pos perbatasan Kecamatan Prambanan suasana memang tampak lebih ramai.

Di posko ini disediakan alat pengukur suhu dan rapid diagnostic test (RDT) dari Puskesmas Prambanan. RDT dilaksanakan acak bagi pengendara-pengendara yang ingin masuk ke Kabupaten Sleman untuk memastikan kondisi kesehatan.

"Mereka dicek satu-satu, punya keterangan sehat atau tidak, tujuannya ke mana, dilihat KTP-nya, supaya betul-betul tidak ada mudik," ujar Sri.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement