REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ribuan orang membubuhkan dukungan agar beasiswa Australia IM, alumnus Universitas Islam Indonesia (UII) yang diduga melakukan pelecehan seksual kepada puluhan orang, dicabut. Pernyataan itu disampaikan lewat petisi di change.org yang ditanda tangani hampir 10 ribu orang.
Petisi turut menyampaikan tiga pernyataan. Pertama, mereka mengutuk pelecehan seksual yang dilakukan pelaku. Kedua, bersimpati ke korban, mendukung tidak takut bersuara, dan mendukung pemulihan trauma dan ketakutan kepada stigma.
Ketiga, dugaan tindakan pelecehan seksual pelaku sangat tidak sejalan standar pencegahan eksploitasi, pelecehan dan kekerasan seksual yang Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia. Hal itu tertera di kontrak pemberi dan penerima beasiswa.
Bahkan, pada pasal 11.1 huruf f disebutkan Australia Awards berhak melakukan penghentian beasiswa apabila penerima melakukan tindakan yang melampaui batas yang dapat diterima di Australia. Karenanya, AAS diminta mencabut beasiswa IM.
Petisi diusung Komunitas Peduli Perempuan. Sampai Senin (11/5) sore, petisi sudah ditanda tangani 9.107 orang yang turut meninggalkan komentar-komentar dukungan dan angka pendukungnya terus bergerak naik mendekati 10.000 orang.
IM kini kuliah S2 Master of Urban Planning di University of Melbourne. IM merupakan penerima beasiswa Australia Awards Indonesia 2018 dan penerima Youth South East Asian Leader Initiative (YSEALI).
Jika melihat kolom komentar, banyak kecaman yang disampaikan atas tindakan IM. Muhammad Hima, misal, menyampaikan jika tindakan yang dilakukan terduga merupakan tindakan asusila yang merusak moral dan hak asasi manusia.
"Kasus ini harus segera ditindaklanjuti dengan menyertakan petisi ini sebagai bukti banyak orang yang mengutuk," kata Hima.
Komentar lain dari Sadono menyampaikan menolak tegas kekerasan terhadap perempuan dan anak. Ia meminta pelaku diproses hukum sehingga bila salah harus dihukum dan bila tidak terbukti bersalah dipulihkan nama baiknya.
"Selama masih abu-abu, pelaku tidak seharusnya diberikan peluang untuk justru nantinya bisa memanfaatkan sikap menipulatifnya untuk kejahatan yang lebih besar," ujar Sadono.
Petisi diusung gerakan yang mengatasnamakan diri Komunitas Peduli Perempuan. Pengusung di antaranya penerima Australia Development Scholarship (ADS) 2005-2006, Hani Yuliandrasari, yang merupakan alumni S2 dan S3 Unimelb.
Lalu, penerima Australia Awards Scholarship 2015-2016 dan alumni S2 Unimelb Illian Deta Arta Sari, penerima AAS 2014-2015 dan alumni S2 Unimelb Retno Agustin, dan penerima ADS 2011 dan alumni Monash University, Freddy Reynaldo.