Industri kecantikan menjadi industri yang pertumbuhannya cenderung stabil dan bisa bertahan dalam beberapa kali krisis ekonomi. Data dari McKinsey menunjukkan industri kecantikan menghasilkan US$ 500 miliar per tahun.
Dilansir dari McKinsey, Associate Partners McKinsey Emily Gerstell dan Emma Spagnuolo, mengatakan, di masa pandemi ini industri kecantikan relatif masih tangguh meskipun terjadi penurunan. Di Cina, misalnya, industri kecantikan turun 80% di bulan Februari dibandingkan 2019. Namun pada bulan Maret, penurunannya adalah 20% dibandingkan periode yang sama.
McKinsey mengestimasi industri kecantikan global akan turun 20-30% pada 2020. Kunci yang menjadi rebound industri kecantikan adalah di mana dan bagaimana produk dipasarkan.
Penjualan produk kecantikan kini sangat kuat melalui online. Toko online Sephora Amerika Serikat mencatatkan kenaikan 30% dibandingkan tahun 2019, begitupun dengan kategori kecantikan Amazon. Di Cina, McKinsey mengamati penjualan online produk kecantikan naik 20-30% selama wabah.
Terjadi penurunan penjualan produk kecantikan di ritel. Data McKinsey menunjukkan jaringan ritel The Boots mengalami penurunan dua pertiganya antara 25 Maret dan 3 April di mana produk kecantikan berkontribusi terhadap penurunan tersebut.
Saat ini, beberapa brand ternama menawarkan diskon online hingga 40%, bersaing dengan department store untuk menarik konsumen. Promosi juga membantu penjualan produk seasonal yang tidak terjual.
WFH mengakibatkan konsumen mengurangi memakai makeup dan wewangian. Bagi brand ternama, McKinsey mencatat adanya penurunan 55 dan 75% untuk kosmetik dan wewangian dibanding tahun lalu. Sebaliknya, perawatan kulit, rambut, dan bath & body products diprediksi akan diuntungkan karena konsumen melakukan perawatan diri di rumah. Di Eropa, produk perawatan diri naik 300%. Adanya tren Do It Yourself (DIY) self care membuat penjualan produk seperti cat rambut, cat kuku, dan bath & body product meningkat.
Secara jangka panjang, penjualan produk kecantikan secara direct-to-consumer akan meningkat. Industri kecantikan harus memprioritaskan channel digital untuuk menarik konsumen. Teknologi AI juga semakin dibutuhkan, terutama terkait testing dan personalisasi produk kecantikan. Konsumen juga akan lebih memperhatikan keamanan dan kebersihan produk. Selain itu, McKinsey menyarankan agar pemain industri kecantikan mempercepat inovasi produk. Kendati demikian, wabah COVID-19 disebut tidak terlalu mengubah tren industri kecantikan yang telah ada sebelumnya. Pada akhirnya, industri ini akan tetap menjadi industri yang global, berkembang, dan memiliki relasi erat dengan masing-masing individu konsumen.
Editor : Eva Martha Rahayu
www.swa.co.id