REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketok Pintu merupakan salah satu agenda yang dilakukan Aksi Cepat Tanggap (ACT) di penghujung Ramadhan untuk memintal silaturahim dengan beberapa penerima manfaat di tengah pandemi. Sebelumnya, ACT telah menemui Pak Untung dan Pak Suparto di rumah yang sangat sederhana. Kini, ACT mengetuk pintu rumah keluarga Ibu Nurlela yang berada di bilangan Lenteng Agung.
Rumah sederhana dengan daun pintu dan jendela yang lapuk hingga membuat lubang menjadi tempat tinggal Nurlela. Tempat tinggal ini ada di kawasan permukiman padat penduduk. Kehangatan keluarga Nurlela terasa kala tim ACT berkunjung saat waktu berbuka puasa di Ramadhan ke-26 lalu.
Nurlela merupakan ibu dari empat orang anak. Anak pertamanya telah menyewa rumah kontrakan sendiri. Sedangkan tiga anak lainnya yang masih usia sekolah tinggal bersama sang ibu. Penyakit strok yang dua tahun belakangan ini menyerang bagian tangan dan kaki kirinya membuat aktivitas Nurlela terhambat, termasuk bekerja hingga mengurus rumah tangga. Sebelumnya, perempuan asal Pekalongan ini bekerja sebagai asisten rumah tangga serta tukang parkir bersama sang suami.
“Sekarang ya sudah nggak bisa kerja sama sekali. Paling kalau buat buka puasa sama sahur ada sih dikasih dari tetangga,” ungkapnya.
Di Ramadan tahun ini, Nurlela merasakan suasana yang sangat berbeda dengan Ramadan tahun sebelumnya. Masjid sepi, keramaian menjelang berbuka juga tak terlalu terlihat, padahal hal-hal itu yang Nurlela rindukan tiap kali Ramadan datang, termasuk menguatnya ekonomi keluarga sebagai modal membelikan baju baru bagi anak-anaknya.
Dengan hadirnya tim ACT pada waktu berbuka Selasa kemarin seakan membawa angin segar bagi dirinya. Beras zakat fitrah yang muzaki salurkan melalui Global Zakat-ACT, sebanyak 25 kilogram (kg), diberikan untuk Nurlela. Selain itu, ada juga hidangan siap santap dari Humanity Central Kitchen serta uang tunai.
“Yang masih suka minta baju baru ini anak keempat, kalau anak ketiga sih sudah mengerti keadaan. Tapi kalau nggak dibeliin juga nanti iri, jadi dibeliin semua saja. Alhamdulillah juga dapat bantuan beras, ini sih cukup sampai nanti setelah lebaran,” ungkap Nurlela yang akan membeli baju baru untuk anak-anaknya.
Sejak Nurlela mengalami strok, satu-satu tulang punggung keluarga ialah anak pertamanya yang bekerja sebagai sekuriti. Tak besar memang gajinya, akan tetapi bisa menopang beberapa kebutuhan orang tua dan adik-adiknya. Uang tersebut belum sanggup menutupi biaya pengobatan yang harus dijalani ibunya. Untuk memenuhi kebutuhan dasar saja mereka sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk membayar zakat fitrah yang wajib ditunaikan.
Mari mudahkan kehidupan para prasejahtera menunaikan kewajibannya untuk membayar zakat fitrah dengan kedermawananmu. Yuk, tunaikan sedekah terbaikmu, dan bantu mereka menunaikan zakat firahnya. Inilah saatnya kita bergerak dan membantu mereka yang kesusahan. www.indonesiadermawan.id/ZakatFitrah.