REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengaku kementeriannya mendapat tugas yang berat dalam menghadapi penyebaran virus corona (Covid-19). Menurutnya, beberapa persoalan yang ditimbulkan akibat pandemi harus diselesaikan oleh lembaga yang dipimpinnya itu.
"Penugasan di Kementerian BUMN luar biasa," ujar Erick usai menyerahkan bantuan pangan dan alat kesehatan untuk Jawa Barat, di Bandung, Kamis (21/5).
Pandemi Covid-19 ini, kata dia, tidak hanya berdampak terhadap sektor kesehatan, tetapi juga mengganggu stabilitas sektor lain. Beberapa di antaranya harus diselesaikan dengan campur tangan kementerian yang dipimpinnya.
Sebagai contoh, kata Erick, semua bank milik negara (BUMN) harus merestrukturisasi operasionalnya. Terutama dengan memberikan relaksasi pinjaman kepada nasabah yang ekonominya terdampak Covid-19.
"Sekarang saja himbara sudah merestrukturisasi (nasabah) UKM sebesar Rp 90 triliun," katanya.
Relaksasi itu, kata dia, tentu memiliki risiko yang harus ditanggung oleh perbankan milik negara tersebut. Tak hanya pada sektor perbankan, Erick pun menyebut pihaknya akan memberikan subsidi penggunaan energi, terutama untuk masyarakat menengah ke bawah.
PLN akan memperpanjang penggratisan tarif listrik untuk pelanggan dari kalangan menengah ke bawah. "Kemarin kami ditugaskan lagi, PLN akan menggratiskan tarif listrik 450 watt. (Penggratisan) diperpanjang sampai September," ujarnya.
Selain itu, Erick pun memastikan pihaknya akan turun tangan dalam menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan bagi masyarakat. Salah satunya, dengan membeli ayam dari peternak yang saat ini harganya tengah anjlok akibat minimnya permintaan dari masyarakat.
"Ketika harga ayam tak teserap, kita ditugaskan lagi untuk beli ayam," katanya seraya menyebut pihaknya juga telah menyerap ikan dari petani yang penjualannya pun tengah lesu.
Tak sampai di situ, sejumlah BUMN juga terus berupaya memenuhi kebutuhan alat kesehatan, pengembangan vaksin, hingga pengobatan pasien yang tertular Covid-19. Sebagai contoh, Erick menyebut Biofarma terus memproduksi alat rapid tes Covid-19 yang lebih akurat dalam jumlah yang besar. Saat ini, alat pengetesan produksi dalam negeri itu mampu membuat 50 ribu PCR rapid tes.
PT Dirgantara Indonesia dan PT Pindad juga terus memproduksi alat kesehatan untuk membantu menangani Covid-19 ini. Salah satunya, ventilator yang harganya jauh di bawah produk impor.
Erick pun bertekad untuk menciptakan kemandirian dalam bidang medis, baik alat kesehatan maupun obat-obatan. Dia optimistis, BUMN terkait yang ada saat ini mampu mewujudkan hal itu.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil) juga optimistis dengan kemampuan dalam negeri dalam untuk menopang kemandirian kesehatan. Ia mencontohkan penelitian dari Universitas Padjajaran dan ITB yang mampu menciptakan alat rapid test yang lebih baik dibanding produk impor. Karena, alat rapid test buatan Cina tidak spesifik mendeteksi Covid-19.
"Kalau rapid tes buatan Unpad dan ITB, dia antigen, spesifik mengetes tanduk covid yang protein. Mereka akan produksi ratusan ribu bulan depan," katanya.
Emil berharap adanya sinergitas antara BUMN dengan BUMD dalam mencapai kemandirian tersebut. "Pada prinsipnyak kami menyambut baik, kami ingin bersinergi dengan BUMN untuk kemandirian bangsa," tegas Emil.