Ahad 24 May 2020 05:36 WIB

Khutbah Shalat Id: Tingkatkan Kebersamaan di Tengah Musibah

Kita semua bersedih namun yakin ada hikmah di balik itu

Sekertaris Jendral PB Al Washliyah - Mahsyuril Khamis
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Sekertaris Jendral PB Al Washliyah - Mahsyuril Khamis

Oleh : KH Masyhuril Khamis (Sekjen PB Al Washliyah)

REPUBLIKA.CO.ID, Kita baru saja menyelesaikan kewajiban mulia yaitu Shiyam, suatu ibadah untuk mengembalikan kita pada hakikat nilai kemanusian yaitu fitrah kesucian.

Shiyaam berarti imsaak yaitu menahan diri atau mengekang dan mengatur diri dari bergejolaknya nafsu, yaitu: nafsu  disekitar perut, seperti makan, minum, nafsu yang berasal dari bawah perut, yaitu godaan syahwat seksual dan nafsu yang berada di atas perut seperti akal, mulut, mata dan  telinga 

Kebendaan atau nafsu duniawi ini sering membawa lupa dan bisa anti Tuhan, bisa dengan mudah membawa fitnah dan pengkhianatan, membawa permusuhan dan kebencian, berlaku zholim, curang, serta bersifat merusak  sehingga dapat membawa kepincangan hidup dan kemiskinan, oleh karena itu Ibadah Shiyam adalah ibadah yang mengharuskan  nafsu duniawi semakin tunduk..

         Saudaraku yang mulia,

Sebulan penuh kita berpuasa, dalam suasana di uji Allah dengan musibah Covid 19, dimana kita tidak dapat sholat jumat di masjid, tarawih dan tadarus Al-Qurán harus kita laksanakan di rumah bersama dengan keluarga. Kita semua bersedih, namun kita yakin pasti banyak hikmah dibalik itu dan oleh karena itu wajib kita  bersyukur atas hikmah hikmah yang didapatkan di balik covid 19 ini. 

 Hakikat syukur adalah menghargai akan sesuatu yang telah kita terima,  kita harus menyadari bahwa kita  datang dari Allah dan kita pun kembali pada Allah, apa yang ada pada diri kita semua milik Allah, saat kita di ujipun sepantasnya kita bersyukur kepada Allah SWT karena itu adalah Taqdir Allah, caranya menyikapi dengan positif atau Husnus zhon.  Abu Laits Assamarqandi, dalam kitab Tanbihun Ghafilin, menuliskan bahwa di akhirat nanti,  Allah bertanya kepada manusia, kenapa tidak bersyukur dan lalai dari mendekatkan diri pada Allah, mereka menjawab: Kami sibuk ya Rabb, sibuk karena jabatan , sibuk karena hartanya, sibuk karena sakitnya, dan sibuk karena kemiskinannya.

Rasulullah SAW pernah didatangi Jibril, menyampaikan salam dari Allah SWT dan bertanya, manakah engkau yang sukai ya Muhammad menjadi Nabi yang kaya seperti Nabi Sulaeman atau menjadi Nabi yang menderita seperti Nabi Ayyub AS, Nabi menjawab, aku lebih suka kenyang sehari dan lapar sehari, jika kenyang aku bersyukur, jika lapar aku bersabar atas cobaan Allah padaku.

Alhamdulillah hari ini kita akhiri Ramadhan dengan ber-Idul Fihri, tentu kita isi dengan bersilaturrahmi, tapi tetap mengikuti aturan suasana covid 19, mungkin kita belum  berjabat tangan tapi sesungguhnya kita saling memaafkan dengan keikhlasan. Meskipun suanananya masih banyak batasan namun kita harus merasa bahagia, apalagi suasana ini kita jadikan sebagai upaya saling mendoakan, saling membantu untuk kebersamaan, kebersamaan menghadapi covid 19 , kebersamaan untuk saling membantu akibat krisis covid 19.

Tidak boleh ada yang merasa sehat atau sudah lepas dengan covid ini, tapi yang penting semua kita wajib waspada, menjaga kebersihan fisik dan kebersihan hati, kebersihan lingkungan tempat tinggal, dan yang paling penting selalulah menjaga nilai Ramadhan yaitu meningkatkan Taqwa serta bertawakkal pada Allah SWT. Bila Nilai Ramadhan itu terpelihara, maka seseorang itu telah mendapatkan Taqwa yang sebenarnya, Lidahnya tidak lagi dusta, fitnah, cela dan ghibah, Hatinya tidak lagi dengki, hasad, mendendam, dan membenci, Matanya selalu terpelihara dari memandang yang dilarang Allah. Tangannya (kekuasaan) semakin terjaga dari perbuatan maksiat,tidak akan mengambil milik orang lain, malah sebaliknya selalu berada diatas untuk membantu yang kurang mampu. Kakinya (fasilitas yg ada) tidak melangkah ketempat maksiat, tapi semakin rajin berjalan pada jalan Allah dan Rasulullah SAW. Syukurnya meningkat sejalan dengan bertambahnya nikmat Allah padanya.

Saudaraku,

Menjaga Kebersamaan ini adalah fitrah kita, dan ini adalah esensi persaudaraan dalam islam, karenanya Idul fitri tahun ini harus kita syukuri, menahan diri untuk tidak mudik, untuk tidak berpergian, sebab itu bagian usaha menjaga saudara kita yang lain. Kita harus tetap waspada terutama dengan rasa takut dan khawatir berlebihan, panik, saling menyalahkan, seolah tidak menerima Taqdir Allah SWT.

Untuk itu kebersamaan keluarga inti selama Ramadhan harus kita tetap pelihara terutama untuk meningkatkan kualitas anak dan generasi kita, dengan begitu dibalik musibah ini tentu kebersamaan keluarga semakin akrab. Kita harus berupaya mengejar ketinggalan dan keterbelakangan pengetahuan anak anak kita terutama pemahaman agamanya, caranya kita bimbing mereka untuk kembali mendekatkan diri dengan mempelajari Al Quran, Membaca kembali hadits2 Rasul SAW, insya Allah akan terjadi peningkatan iman, ilmu dan pemahaman mereka pada ajaran Islam.

Mungkin selama ini anak kita sudah mempunyai ilmu, tapi bila Ilmu tanpa iman akan membuat orang menjadi iblis yang sombong dan angkuh bahkan perusak manusia sepanjang zaman. Sebaliknya Iman tanpa ilmu akan membuat seseorang bagaikan malaikat monoton yang membosankan. Ilmu dan imanlah yang menyebabkan Adam diangkat menjadi Khalifah di bumi, dan berhasil menyisihkan saingannya yang ambisi dari golongan iblis . Rasulullah SAW pernah bertanya pada sahabat, bagaimana sikap kalian nanti jika sekiranya telah terbukanya pembendaharaan Roma Parsi, sahabat menjawab, bahwa mereka akan tetap memegang agama yang asli, Rasul tersenyum kecut, sambil bersabda bahwa pada waktu itu kamu akan berkelahi sesamamu, berpecah belah, setengah yang lain memusuhi yang lain, padahal jumlah ummat islam itu banyak sekali, tapi nasibnya seperti buih di tengah lautan, lemah, kamu akan hancur laksana hancurnya kayu dimakan anai-anai.

Sahabat bertanya, apa penyebabnya ya Rasulullah, jawab Rasul, karena ketika itu hatimu telah terpaut pada dunia (kebendaan), dan kamu takut menghadapi maut/jihad dan perjuangan.

Saudaraku, 

Sejak bulan syawal ini kita wajib merawat fitrah dengan cara selalu menjaga imannya, meningkatkan semangat menuntut ilmu dan ketrampilan, dengan begitu kita akan jadi manusia yang terhormat dan disegani, bagaikan masyarakat lebah mampu menghasilkan madu untuk obat dan minuman. Mereka punya senjata tapi tidak pernah mengganggu, mereka dapat dijadikan sahabat yang saling membantu, mereka tidak pernah merusak walau ranting dan dahan kayu. Lebah sangat terampil, lebah sangat pembersih, lebah sangat tertib dan tahu diri, lebah juga menghormati pemimpin dan yang dipimpin. (Q.S An-Nahl:68).

Saudaraku Kaum Muslimin Yth.

Kita harus menjaga kebersamaan ini dengan baik, dan terus berupaya untuk menjadikan Negeri ini menjadi Negeri Madani, Negeri yang rakyat dan penguasanya pandai bersyukur dan bersabar, Negeri yang beradab, berbudaya, berilmu pengetahuan, dan Negeri yang berakhlakul Karimah.Oleh karena itu kami mengajak kita semua untuk :

  1. Meningkatkan kebersamaan dan bersatu dalam perbedaan, sehingga ulama, umara, aghniya dan fuqara saling mengingatkan, saling mendengarkan dan saling membantu. Nabi SAW pernah bersabda: Artinya: “Tegaknya dunia karena empat perkara: 1. dengan ilmu ulama, 2. dengan keadilan penguasa, 3. dengan kemurahan org  kaya, 4. dengan doa fuqara”. 
  2. Kita tingkatkan pendidikan agama dan  keterampilan anak2 kita, jadilah kita menjadi teladan yang baik dan benar, sebab saat ini mereka memerlukan keteladanan..Cukup banyak anak terlantar yang putus sekolah, anak yatim yang tidak mampu tapi punya kecerdasan dan cita-cita mulia, mereka  mengharapkan uluran tangan dari kita dan itulah hakikat kebersamaan dan kemanusian yang hakiki..

Ketahuilah saudaraku, sumber kehancuran sebuah masyarakat dan Bangsa apabila :

a. Berkhianat pada janji yang pernah di ucapkan maka seseorang itu akan kehilangan cahaya hidup

b. Berani melanggar hukum Allah , maka  Allah akan datangkan kekeringan

c. Perzinahan (LGBT) dibiarkan merajalela, maka akan muncul penyakit berbahaya yang sulit mencari obatnya.

d. Kebiasaan mengurangi takaran dan timbangan, maka akan menghilangkan keberkahan hidup 

e. Enggan berzakat, maka Allah akan mencabut nikmat dari sisi-sisi yang tidak        terduga. 

 5.  Jagalah sumber makanan dan sumber mencari penghidupan, upayakan supaya benar-benar halal, bukan dari sumber yang subhat, apalagi yang jelas haram. Sebab jika kamu makan yang haram maka akan lemahlah  imannya, dan matilah hatinya dari mengingat Allah.

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement