Jumat 22 May 2020 16:53 WIB

Instagram Diminta Hapus Kebijakan Penggunaan Nama Asli

Hal ini irekomendasikan para ahli dalam Pekan Kesadararan Kesehatan Mental.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Instagram. Ilustrasi
Foto: Mashable
Instagram. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Yorkshire -- Instagram dinilai harus menghindari penerapan kebijakan nama asli untuk mendukung keterbukaan kesehatan mental. Hal tersebut direkomendasikan para ahli dalam rangka memperingati Pekan Kesadaran Kesehatan Mental.

Penelitian terbaru oleh dr Ysabel Gerrard di Universitas Sheffield dan dr Anthony McCosker di Swinburne University of Technology, Australia, menemukan bahwa 76 persen dari sampel akun Instagram yang fokus pada konten tentang kesehatan mental menggunakan nama samaran untuk menyamarkan identitas mereka. Studi yang diterbitkan dalam jurnal New Media and Society ini menunjukkan, 35 persen unggahan tentang depresi menggunakan humor gelap dan meme. Hal ini menunjukkan, gangguan mental masih sulit untuk dibicarakan di ranah publik.

Penelitian yang mengamati penggunaan tagar #depresi dan istilah lain yang relevan di Instagram ini menemukan bahwa 38 persen unggahan dirancang untuk mendorong pengguna internet berani mencari dukungan untuk masalah kesehatan mental.

Hanya 15 persen yang menunjukkan gambar orang, termasuk swafoto dan penggambaran melukai diri sendiri. Hal ini sebagian mungkin dipengaruhi oleh kebijakan Instagram yang menandai unggahan #depresi sebagai masalah. Artinya, hasil pencarian untuk istilah ini terbatas.

Gerrard mengatakan, penelitian ini menunjukkan dengan jelas orang tidak merasa nyaman berbicara tentang depresi dengan menggunakan nama asli dan akun publik mereka. "Jika Instagram pernah memaksakan suatu kebijakan nama asli, seperti yang dimiliki Facebook, itu akan menghapus ruang aman ini sepenuhnya," kata pria yang menjadi dosen di Departemen Studi Sosiologi di Universitas Sheffield ini.

Sangat menarik untuk melihat sejauh mana orang menggunakan humor gelap atau meme untuk berbicara tentang depresi. Meski ada kemajuan dalam pembicaraan tentang kesehatan mental, temuan ini menunjukkan kondisi seperti depresi masih sulit untuk dibicarakan. Membiarkan orang untuk menyamarkan identitas mereka di media sosial sangat penting untuk membantu mereka membuka diri.

"Instagram harus menghindari kebijakan yang terlalu mengawasi konten tentang kesehatan mental, kecuali konten yang secara aktif mempromosikan tindakan seperti bunuh diri dan melukai diri sendiri," ujar Gerrard seperti dilansir di Medical Express, Jumat (22/5).

Departemen Studi Sosiologis berada di garis depan dalam melakukan penelitian tentang cara kerja sebuah aplikasi, platform, dan pengaruh perangkat pada tatanan sosial masyarakat. Bersama dengan Sheffield Methods Institute dan Digital Society Network di seluruh fakultas, departemen tersebut menyatukan para peneliti interdisipliner untuk meneliti interaksi masyarakat dan teknologi, mengeksplorasi topik-topik yang menantang, dan terkadang kontroversial.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement