REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alifa Kids Centre mengadakan diskusi daring dengan tema “Pengentasan Masalah Belajar di Rumah”, Rabu (20/5). Diskusi menghadirkan dua nara sumber. Keduanya adalah Eka Putri Handayani, Direktur Alifa Kids Centre dan Praktisi PAUD; dan Dony Darma Sagita, dosen Bimbingan dan Konseling (BK), Uhamka.
Eka Putri Handayani menyampaikan materi Menjadi Guru di Masa Pandemi. Ia memaparkan tiga jenis guru di masa pandemi, yaitu guru yang hanya diam dan takut dalam kondisi pademi ini; guru yang hanya melaksanakan tugas rutin; dan guru kreatif yang memfasilitasi dan hadir saat guru dibutuhkan. “Guru yang baik adalah guru yang memikirkan muridnya di atas segala-galanya bahkan karirnya sekalipun,” katanya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Menurut Eka, menghadapi situasi pandemi ini guru harus melakukan transformasi pembelajaran dari konvensional menjadi digital (tatap muka menjadi virtual), beradaptasi dengan teknologi dan sumber-sumber online, dan bermetamorfosis menjadi guru milenial tanpa melupakan esensi mendidik.
Dalam materinya, Pengentasan Masalah Belajar di Rumah Selama Masa Pandemi Covid-19, Dony menyampaikan bahwa tugas guru BK bukanlah menyelesaikan masalah, tetapi memfasilitasi pengentasan masalah belajar, pribadi, dan sosial murid. “Penyelesaiannya kembali kepada pribadi masing-masing (konseli) setelah ia menceritakan masalah yang dihadapi lalu memutuskan sendiri. Kami menjembatani dan selalu meyakinkan bahwa di balik setiap permasalahan ada solusi,” ujarnya.
Dony memaparkan temuan dari penelitiannya tentang permasalahan belajar yang muncul di masa pandemi Covid-19 yang dialami oleh guru, orang tua, dan murid. Masalah yang terjadi pada guru yaitu materi tidak tersampaikan dengan baik, metode belajar yang kaku, tidak terjadi hubungan dan setuhan emosional dengan anak pada pembelajaran jarak jauh, pengenalan/evaluasi kemampuan siswa.
Sementara itu orang tua mengeluhkan tugas anak berat, susah menjadi guru, tidak mampu mendisiplinkan anak, berubah pola asuh, dan kesulitan berbagi waktu dengan kerja. “Sedangkan permasalahan bagi anak adalah anak merasa tidak bisa belajar dengan orang tua, mau belajar di sekolah, waktunya terkekang oleh orang tua, hubungan sosial yang terbatasi, dan lain sebagainya,” paparnya.
Selanjutnya Dony menyampaikan empat kunci penting pengentasan masalah, yaitu ketahanan diri pribadi (kenali potensi diri), ketahanan keluarga, ketahanan masyarakat (peduli dan empati), dan ketahanan masalah (bangkit mengatasi masalah).
Melihat permasalahan belajar yang muncul di masa pandemi Covid-19, Ia berpesan seharusnya guru, orang tua, dan murid dapat mengambil hikmahnya.
Hikmah bagi guru, masa pandemi mendorong guru untuk lebih kreatif dalam mengemas dan cara menyampaikan materi pembelajaran. Selain lebih melek teknologi, guru juga dituntut harus pandai membina komunikasi yang baik dan efektif dengan anak karena yang menerima informasi bukan hanya anak melainkan juga orang tua.
Demikian pula, orang tua harus belajar dan memetik hikmah dari situasi ini, tidak hanya fokus pada masalah yang membuatnya stres karena terbebani anak belajar di rumah. Akan tetapi orang tua dapat mengenali potensi anaknya. “Kalau selama ini orang tua hanya mengetahui hasil akhir belajar anak, sekarang orang tua mengetahui potensi dan cara belajar anak, dan mengetahui harus apa yang harus dilakukan sehingga potensi anak dapat dikontrol oleh orang tua,” jelasnya.
Ia menambahkan, saatnya juga bagi orang tua untuk membina ikatan batin antara orang tua dan anak, yang selama ini mungkin perlakuan, kedekatan, dan komunikasi dengan anak belum sesuai dengan kondisi ideal. Saatnya orang tua merefleksikan hubungan dengan anak dan mengubah menjadi lebih baik. “Kondisi ini juga momentum bagi orang tua untuk melakukan perubahan pola asuh,” ujarnya.
Hikmah bagi anak, merasakan pola asuh yang ideal dengan orang tua, merasakan lebih dekat dengan orang tua dalam pembelajaran yang ideal. Orang tua belajar teknologi dan berusaha memahami pelajaran anaknya.
“Anak yang melihat orang tuanya belajar lagi membuat anak akan melupakan kesulitan karena orang tuanya juga tidak merasakan kesulitan. Anak mendapatkan ilmu kehidupan di rumah. Orang tua memerankan tugasnya sebagai guru pertama dan utama bagi anaknya,” pungkasnya.