REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Sosok seperti Josep Guardiola lebih membutuhkan playmaker yang memainkan taktiknya. Ketimbang menurunkan pemain yang bergerak kesana-sini, ia hanya butuh penghubung jenius yang bermain sederhana.
Tidak jago bertahan tidak masalah, asalkan mampu berpikir cepat untuk selalu mengatur tempo nan dominan. Dulu di Barcelona dia memiliki Xavi Hernandez. Sekarang di Manchester City, Pep mempercayakan peran playmaker ke David Silva atau Kevin De Bruyne.
Di depan para bek, ia punya sosok lain. Semua pemain di lini tengah ala Pep bergerak sesuai peran masing-masing. Ada yang metronom seperti Xavi, kemudian lebih menyerang ala Iniesta. Sampai yang berdiri di depan para bek macam Rodrigo Hernandez atau Sergio Busquets.
Sedikit berbeda dengan Maurizio Sarri. Ia menjadikan gelandang di depan para bek sebagai otak serangan. Dua lainnya bergerak bebas. Itulah mengapa Miralem Pjanic di Juventus di pasang di posisi deep lying midfielder.
Pjanic yang aslinya sebagai gelandang serang, harus menahan ego untuk lebih fokus ke tengah. Matuidi yang sekiranya mendekati peran box to box. Tapi dia lebih unggul sebagai penjelah dan pemutus rantai.
Jarang melihat Matuidi memimpin serangan balik. Sehingga di era terkini sulit dicari yang benar-benar box to box. Ada Paul Pogba di Manchester United. Tapi Pogba hanya piawai saat menyerang.
Di era Jose Mourinho, Pogba sempat diminta sedikit ke belakang. Apa hasilnya? Itu salah satu era kelam dalam karier Pogba. Ia bahkan beberapa kali dibangkucadangkan lantaran kurang cocok memainkan peran arahan Mou. Tapi ketika dikembalikan di posisi aslinya, Pogbom menggila saat membawa Prancis menjadi juara dunia 2018.
Meski demikian, masih ada pelatih yang mengedepankan daya jelajah tinggi. Dia adalah Juergen Klopp. Pelatih asal Jerman ini tidak menempatkan sosok playmaker di kubu Liverpool.
Semua gelandang bergerak lincah. Oleh karenanya sosok seperti Henderson jarang dimainkan hingga 90 menit dalam satu dua tahun terakhir. Apa pun itu, kondisi sepak bola di era terkini mengharuskan sebuah permainan efektif. Situasi demikian membuat gelandang yang benar-benar ada di segala sudut lapangan, bakal sulit dicari.