Ahad 24 May 2020 22:52 WIB

Hikmah Menyebar Salam

Melalui salam, sifat rahmatan lil 'alamin memancar

Bersalaman (ilustrasi).
Foto: Republika/Musiron
Bersalaman (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Islam, kita dibiasakan untuk saling memberi salam. Cara ini merupakan terapi yang ditawarkan Islam untuk menumbuhkan persahabatan dan kecintaan di antara kita, tanpa memandang kepentingan dan suku bungsa tertentu.

Nabi bersabda: ''Demi zat yang jiwaku ada di tagan-Nya! Kalian tak akan masuk sorga sampai kalian beriman; kalian tak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Tidak inginkah kalian kutunjukkan sesuatu yang jika kalian melakukannya maka kalian akan saling cinta mencintai? Taburkanlah salam di antara kalian!'' (HR Muslim).

Baca Juga

Melalui salam, sekat-sekat primordialisme pudar, dan Islam sebagai rahmat untuk segenap alam pun betul-betul maujud. Lewat salam, universialisme Islam begitu terasa, kasih sayang memancar, tali jiwa menjadi teguh, jalinan cinta kasih menjadi kokoh, dan hubungan sosial pun menjadi bersih.

Itulah sebabnya, Iman Mutawalli berpendapat, kalau seseorang menjumpai sekelompok jamaah lalu ia mengkhususkan salam hanya kepada segolongan di antara mereka, maka itu makruh. Ini karena tujuan salam adalah menumbuhkan keramahan dan persahabatan, sementara mengistimewakan sebagian dan mengesampingkan sebagian lainnya hanya membuat yang dikesampingkan itu tersinggung.

Dalam banyak kondisi, perbedaan sikap seperti inilah penyebab munculnya permusuhan. Dengan salam, kita tidak hanya sedang mengumpulkan kebajikan demi kebijakan sebagai bekal di akhirat kelak, tapi pada saat yang sama sesungguhnya kita juga tengah menepis keangkuhan dan kesesatan hati.

Karena itu, hanya orang yang rendah hatilah yang mau mengucapkan salam lebih dulu. Buat orang inilah Nabi menghibur: ''Sesungguhnya manusia yang paling berhak mendapat (ridha) Allah adalah yang terlebih dulu mengucapkan salam.'' (HR Abu Daud).

Barangkali itulah pesan implisit dari shalat yang saban waktu kita kerjakan; kalau salam (pertama) menjadi rukun dari shalat, yang tanpanya shalat tidak sah, itu artinya bahwa setidaknya kita mesti menyusupkan doa damai dan sejahtera bagi sesama Muslim minimal lima kali sehari. Wallahu a'lam bishshawb.

sumber : Hikmah Republika oleh Makmun Nawawi
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement