REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ramadhan tahun ini berbeda bagi seluruh umat Islam di dunia. Termasuk yang dialami Muslim Indonesia yang berada dan tinggal di Belgia.
Bila tahun-tahun sebelumnya shalat Idul Fitri berjamaah dilakukan di KBRI Brussel, dilanjutkan halalbihalal di kediaman Duta Besar, tahun ini semua dilakukan secara daring. Sekretaris Pertama Pensosbud KBRI Brussel, Dara Yusilawati mengatakan takbir, khotbah Idul Fitri, silaturahmi juga dilakukan secara daring. Tidak ada shalat tarawih berjamaah, buka bersama atau tadarus bersama.
Dia mengatakan, tidak ada penyelenggaraan shalat Idul Fitri di masjid-masjid. Shalat Idul Fitri dilakukan di kediaman masing-masing.
Nabila, seorang pelajar Indonesia dari Universitas Ghent menyampaikan kesedihannya karena suasana Ramadhan dan Idul Fitri tidak terasa. Selain memang jauh dari kampung halaman, tahun ini Ramadhan dan Idul Fitri harus dilakukan dengan memperhatikan aturan dan norma-norma lockdown.
Lockdown di Belgia dimulai sejak 18 Maret lalu. Dengan perkembangan kasus infeksi COVID-19 yang cukup stabil di akhir April, Pemerintah Belgia memulai melonggarkan pembatasan secara bertahap dan dipantau secara berkala.
Pelonggaran tahap 1a dimulai tanggal 4 Mei lalu dengan pembukaan beberapa industri dan tempat kerja. Rileksasi 1b dilakukan tanggal 11 Mei lalu dengan pembukaan sebagian toko-toko namun dengan penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Rileksasi selanjutnya tahap 2 dilakukan 18 Mei lalu dengan pembukaan sekolah secara bergantian, diutamakan kelas terakhir. Pada tahap ini, salon dan tempat cukur rambut juga sudah boleh buka. Warga Belgia sudah diperbolehkan mengundang keluarga atau teman untuk bertamu ke rumah, namun dengan batasan maksimal empat orang.
Acara pernikahan dan pemakaman dapat dilakukan kembali dengan jumlah terbatas. Hingga saat ini, kafe dan restoran masih tutup.
Pemerintah Belgia akan kembali meninjau kembali situasi sekarang. Jika semua berjalan sesuai dengan harapan, maka rileksasi tahap 3 akan diterapkan pada tanggal 8 Juni mendatang.
Restoran, kafe, dan bar dimungkinkan akan mulai dibuka kembali, namun kegiatan yang melibatkan massa masih tetap dilarang hingga 31 Agustus mendatang.
Meskipun berat karena Ramadhan di Belgia tahun ini jatuh pada musim semi dengan waktu puasa yang cukup panjang antara 18 hingga 18,5 jam, namun umat Muslim di Belgia dapat menjalankan ibadah dengan khusuk tanpa hambatan.
Demikian halnya juga dengan Nabila, merasa bersyukur karena masih diberi kesehatan dan masih bisa menikmati opor buatannya sendiri.