Selasa 26 May 2020 21:28 WIB

Mengenang Hari Patah Hati Milanisti di Istanbul.

AC Milan yang sempat unggul 3-0 kalah 2-3 lewat adu penalti di final Liga Champions.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Israr Itah
Striker AC Milan Andriy Shevchenko gagal menjebol gawang Liverpool yang dijaga Jerzy Dudek pada final Liga Champions 2005. Liverpool juara setelah menang adu penalti 3-2.
Foto: EPA/KERIM OKTEN
Striker AC Milan Andriy Shevchenko gagal menjebol gawang Liverpool yang dijaga Jerzy Dudek pada final Liga Champions 2005. Liverpool juara setelah menang adu penalti 3-2.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Hari ini, 15 tahun lalu, menjadi momen paling menyebalkan bagi para penggemar AC Milan. Pada 26 Mei 2005, Milan yang sudah di ambang meraih trofi Liga Champions harus tertunduk karena kalah dari Liverpool.

Magis Istanbul, kata pendukung Liverpool. Jika partai final Liga Champions yang berlangsung di Stadion Istanbul selesai dalam 50 menit, maka Milan akan menjadi pemenang. Namun, sepak bola berlangsung 90 menit dan Merseyside Merah, memaksimalkannya untuk mengubah jalan cerita.

Baca Juga

Kapten Milan Paolo Maldini memberikan kejutan dengan mencetak gol pada menit pertama laga berjalan. Dua gol Hernan Crespo membawa Milan menutup babak pertama dengan skor 3-0.

Namun, pelatih Liverpool Rafael Benitez tak mau menyerah. Di ruang ganti, dia memutar otak lebih banyak daripada biasanya. Dia kemudian memasukkan Dietmar Hamann dan menarik keluar Steve Finnan yang cedera. Manajer asal Spanyol itu mengubah pakem timnya jadi tiga bek.

Benitez ingin pragmatis saja, jika timnya memang tak bisa memenangi pertandingan, dia berharap setidaknya gawang Jerzy Dudek tak kebobolan lebih banyak, hingga pada akhirnya Dewi Fortuna datang untuk membawa Liverpool menyamakan kedudukan lewat gol Steven Gerrard, Vladimir Smicer, dan Xabi Alonso.

Pertandingan ini juga dikenang karena penyelamatan ganda yang luar biasa dari Jerzy Dudek, ketika Andriy Shevchenko memiliki kesempatan untuk membawa Milan menang pada masa perpanjangan waktu. Dudek juga berhasil menjalankan peran penting ketika Liverpool menang adu penalti dari Milan.

Dalam sebuah wawancara dengan DAZN tahun lalu, Maldini mengaku butuh waktu bertahun-tahun untuk kembali menonton final itu.

"Kami unggul 3-0, saya mencetak gol setelah 40 detik, kami mendominasi selama 110 menit dari 120, tetapi masih belum bisa menang. Itu mengingatkan saya pada betapa anehnya sepak bola," kata pria yang kini menjadi direktur umum Milan.

Di sisi lain, mantan pelatih Milan Carlo Ancelotti mengeklaim the Dream Team miliknya terjadi pada musim 2005, meski pun sejatinya ia meraih titel Si Kuping Besar bersama Milan pada 2003 dan 2007

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement