Rabu 27 May 2020 04:32 WIB

Serikat Dokter Mesir Tuntut Kementerian Kesehatan

Ada 19 dokter di Mesir yang meninggal akibat covid-19.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
 Warga berkumpul di depan National Cancer Institute, Kairo, setelah Mesir mengumumkan ada 15 kasus positif Covid-19 di rumah sakit tersebut yang melibatkan tiga dokter dan 12 perawat pada  4 April 2020.
Foto: EPA
Warga berkumpul di depan National Cancer Institute, Kairo, setelah Mesir mengumumkan ada 15 kasus positif Covid-19 di rumah sakit tersebut yang melibatkan tiga dokter dan 12 perawat pada 4 April 2020.

REPUBLIKA.CO.ID,  KAIRO — Sejumlah dokter di Mesir yang tergabung dalam serikat pekerja menuduh bahwa Kementerian Kesehatan negara itu lalai dalam menangani kasus infeksi virus corona jenis baru (COVID-19). Dalam tuduhan tersebut, dikatakan bahwa departemen tersebut harus bertanggung jawab secara penuh atas kematian petugas medis.

Dalam sebuah pernyataan pada Senin (25/5), serikat pekerja tersebut mengatakan setidaknya ada 19 dokter yang meninggal akibat COVID-19. Sementara, ada 350 lainnya yang terinfeksi virus corona jenis baru.

Baca Juga

Hal itu dinilai terjadi karena kurangnya peralatan perlindungan diri yang tersedia bagi para petugas medis. Bahkan, tempat tidur bagi para staf rumah sakit yang sakit sangat minim, membuat kondisi mereka rentan bertambah parah.

"Kementerian kesehatan memiliki kewajiban terhadap dokter dan semua petugas medis yang mengorbankan nyawa mereka di garis depan untuk mempertahankan keselamatan tanah air. Sangat penting untuk memberi mereka perlindungan yang diperlukan dan intervensi medis yang cepat bagi mereka yang tertular penyakit ini," ujar pernyataan serikat dokter Mesir, dilansir BBC, Selasa (26/5).

Dengan wabah yang tidak menunjukkan tanda-tanda berkurang, serikat dokter memperingatkan bahwa sistem kesehatan dapat benar-benar runtuh. Ini bahkan mengarah pada bencana yang mempengaruhi seluruh Mesir, jika kelalaian Kementerian Kesehatan terus terjadi, secara khusus menggarisbawahi perlakuan buruk terhadap staf medis.

Meski demikian, Kementerian Kesehatan Mesir mengatakan perlindungan yang memadai telah diberikan. Petugas medis yang sakit juga disebut telah menerima perawatan terbaik.

Sebagai tanggapan, Menteri Kesehatan Hala Zayed mengatakan bahwa sejak awal wabah, kementerian telah memastikan alokasi lantai di setiap rumah sakit karantina dengan kapasitas 20 tempat tidur untuk merawat mereka yang terinfeksi di antara staf medis. Staf medis juga dites untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi virus corona jenis baru saat memasuki dan meninggalkan rumah sakit dan ada persediaan yang cukup dari alat pelindung diri.

Zayed juga mengatakan ada 11 dokter yang sejauh ini meninggal bukan 19. Peringatan serikat pekerja datang dua hari setelah kematian seorang dokter bernama Walid Yehia, yang tidak bisa mendapatkan tempat tidur di rumah sakit karantina di Ibu Kota Kairo.

“Rekan-rekannya dan saya ada bersamanya, meminta bantuan, tetapi tidak ada tanggapan," tulis saudara dari Yehia, Ashraf Zalouk yang mengungkapkan melalui jejaring sosial  Facebook.

Pengguna media sosial kemudian menyoroti perlakukan yang kontras antara Yehia dengan aktris Ragaa al-Gadawy.

Perempuan ita berusia 81 tahun itu dites dengan cepat dan dirawat di rumah sakit karantina di Ismailiya berdasarkan rekomendasi pribadi menteri kesehatan, seperti dilaporkan sebuah situs berita yang mengutip keterangan dari sang anak bernama Amira Mokhtar.

Sementara itu, Zayed dilaporkan telah memerintahkan penyelidikan atas kematian Yehia. Ia juga berjanji untuk mengambil tindakan hukum jika ada kekurangan atau kesalahan yang ditemukan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement