REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaum Muslim di seluruh dunia mengakhiri Ramadhan dengan rasa duka, menyusul aturan karantina yang berlaku di hampir semua negara. Berbeda dengan Idul Fitri sebelumnya, tahun ini perayaan meriah layaknya pasar malam yang biasanya memenuhi jalan di kota-kota di Timur Tengah turut membisu.
Kebanyakan negara melarang warganya menunaikan ibadah salat berjamaah. Di Arab Saudi, pemerintah bahkan menyambut datangnya Idul Fitri dengan memberlakukan larangan keluar rumah selama lima hari, terhitung sejak Sabtu (23/5). Negeri dua kota suci itu mencatat lonjakan angka penularan sejak awal Ramadan. Kini jumlah kasus penularan di Arab Saudi mencapai 72 ribu.
Adapun situs suci umat muslim di Makkah dan Madinah tertutup rapat selama Idul Fitri. Padahal jemaah umrah dari seluruh dunia biasanya membanjiri Masjid al-Haram dan Masjid al-Nabawi selama perayaan hari raya lantaran mencari pahala berlipatganda.
Meski demikian pada Ahad (24/5) pagi, sekelompok jemaah menunaikan ibadah salat Id yang dipimpin oleh salah seorang imam al-Haram, Saleh bin Abdullah al-Hamaid. Para jemaah antara lain diisi oleh pegawai masjid dan sejumlah pejabat. Mereka diminta melapangkan jarak ketika merapihkan barisan salat. Pemerintah Saudi sendiri hanya mengizinkan pelaksanaan salat Id di dua masjid paling suci umat muslim, al-Haram dan al-Nabawi.
Damai di Afghanistan, kisruh di Yerusalem
Adapun di situs suci umat muslim ketiga Masjid al-Aqsa, pemerintah Israel melarang pelaksanaan salat Id, namun mengisyaratkan bakal kembali membuka masjid setelah masa libur Ramadhan berakhir. Kisruh sempat merebak di luar masjid ketika jemaah nekat berdatangan dan dihadang kepolisian Israel. Meski demikian pelaksanaan ibadah tetap diizinkan di halaman luar.
Adapun di Jalur Gaza, Hamas mengizinkan shalat Id berjamaah di masjid-masjid, meski mencatat kasus kematian pertama akibat virus corona pada Sabtu (23/5). Kebanyakan jamaah tertib mengenakan masker dan menjaga jarak ketika merapihkan barisan salat. "Id bukan Id di tengah wabah corona. Warga merasakan takut" kata salah seorang jemaah, Akram Taher.
Sementara itu, Taliban mengumumkan gencatan senjata selama tiga hari untuk menghormati Idul Fitri. Keputusan tersebut untuk sementara mengakhiri pertempuran berdarah selama berbulan-bulan dengan pasukan Afghanistan.
Di ibu kota Kabul, jalan-jalan tampak lengang selama lockdown. Meski begitu warga tetap keluar untuk bersilaturahmi. Sebagian bercengkrama sambil menjaga jarak, sementara yang lain tetap berjabat tangan dan berpelukan meski imbauan untuk pembatasan jarak sosial.
Perayaan unik sebaliknya terjadi di Iran. Ketika Ayatollah Ali Khamenei memfatwakan jatuhnya Idul Fitri pada Ahad (24/5), Marja' lain seperti Ayatollah Javadi Amoli, Makarem Shirazi dan Safi Golpayegani menerbitkan fatwa terpisah yang memastikan perayaan Idul Fitri pada Senin (25/5).
Dua Idul Fitri di Iran
Menurut jurubicara Khamenei, perbedaan fatwa tidak "bermotifkan politik," dan hanya Ayatollah Khamanei saja yang berwenang menentukan jatuhnya Idul Fitri. Menurut ajaran Syiah, setiap individu wajib mengikuti fatwa dan arahan Marja' yang menjadi panutannya. Sebab itu pula perayaan Idul Fitri tidak dilakukan secara serentak di Iran.
Menteri Kesehatan Saeed Namaki mengatakan pihaknya berupaya mencegah "puncak baru wabah" yang disebabkan perilaku warga "yang tidak menghormati aturan kesehatan." Dia meminta agar penduduk menghindari perjalanan selama Idul Fitri untuk meredam wabah.
Menurut media-media Iran, pemerintah menggelar salat Id berjamaah di 110 masjid di Teheran, Ahad (24/5). Meski kegiatan salat berjamaah sebenarnya masih dilarang, otoritas iran membuat pengecualian buat perayaan Idul Fitri. "Kami senang bisa ikut salat di sini," kata Massoumeh, 55, salah seorang jemaah yang hadir di Teheran.
Dia dan kebanyakan jemaah lain mengenakan masker. Pelaksanaan salat sendiri dilakukan di halaman luar masjid, buka di bagian dalam. Sebelum dimulai, petugas terlihat berkeliling membagikan cairan pembersih tangan dan masker wajah kepada semua jemaah. Serupa di Indonesia, warga Iran biasanya pulang kampung buat mengunjungi keluarga selama Idul Fitri.
Sumber: https://www.dw.com/id/muslim-timur-tengah-rayakan-idul-fitri-dari-dalam-karantina/a-53558834