Selasa 02 Jun 2020 04:30 WIB

Jaminan Surga untuk Ukasyah dan Ranting yang Jadi Pedang

Rasulullah SAW memberikan jaminan surga untuk Ukasyah.

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Rasulullah SAW memberikan jaminan surga untuk Ukasyah. Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: MgIt03
Rasulullah SAW memberikan jaminan surga untuk Ukasyah. Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –  Orang-orang yang pertama masuk Islam dan mempercayai kerosulan Nabi Muhammad saw yang hanya segelintir orang itu disebut dengan assabiqunal awwalun. Orang-orang yang tergolong dalam assabiqunal awwalun ini kelak  dijanjikan atas diri mereka surga. 

 

Dari Jabir bin Abdillah RA dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Orang-orang yang ikut baiat Ridwan, yang dilakukan dibawah pohon tidak ada satu pun yang masuk neraka." (HR Abu Dawud).

 

Sebagaimana Firman Allah SWT : "Sesungguhnya Allah telah ridho terhadap orang-orang mukmin ketika mereka  berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)." (QS Al-Fath ayat 18). 

 

Selain assaniqunal awwalun, ada juga sahabat-sahabat lain yang telah dijanjikan surga dan Ukasyah bin Mihshan adalah salah satunya. Ukasyah bin Mihshan al Asadi merupakan seorang sahabat dari kalangan Muhajirin yang berasal dari Bani Abdu Syams.   

 

Dalam buku Dahsyatnya Hari Kiamat Ibnu Katsir berujar, suatu ketika Nabi Muhammad saw bercerita kepada para sahabatnya. Bahwa di hari kiamat nanti, Rasulullah akan memperlihatkan umatnya yang begitu banyak kepada para nabi terdahulu.  

 

"Umat-umat diperlihatkan kepadaku lalu seorang Nabi melintas bersama umatnya, nabi lainnya melewat bersama beberapa orang, nabi lainnya melewat bersama sepuluh orang, nabi lainnya melewat bersama lima orang, dan seorang nabi melewat bersama satu orang. Selanjutnya, aku melihat ternyata ada kerumunan orang banyak, aku bertanya: Wahai Jibril, apakah mereka umatku? " (Jibril menjawab) Bukan, tetapi lihatlah ke ufuk. Aku pun melihat ke ufuk, ternyata ada kerumunan orang banyak. (Jibril berkata) "Mereka itu umatmu. Jumlah mereka 70 ribu yang pertama kali tidak dihisab dan diazab". Aku bertanya: "Mengapa?" Jibril menjawab: "Mereka tidak berobat dengan besi panas, tidak meminta diruqyah, tidak meramal dengan burung, dan mereka bertawakal kepada Tuhannya." (HR Muslim)

 

Lalu Ukasyah berdiri seraya berkata, "Mohonkan kepada Allah agar aku menjadi bagian dari mereka," Rasulullah berdoa:" Ya Allah, jadikanlah Ukasyah bagian dari mereka."

 

Selanjutnya, salah seorang sahabat juga ikut berdiri sambil berkata, "Mohonkanlah kepada Allah agar (juga) menjadikanku bagian dari mereka." Rasulullah bersabda : "Ukasyah telah mendahuluimu." 

 

Dikutip dari wikipedia, Ukasyah telah bersama Rasulullah dan bergabung dalam perang Badar. Perang pertama yang dilakukan umat Islam dengan 313 pasukan melawan seribu pasukan kaum kafir Quraisy. Atas izin Allah SWT, dengan perkebakalan dan persenjataan yang terbatas umat Islam memenangkan perang itu. 

 

Dalam buku Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, Perang Badar telah melahirkan pahlawan-pahlawan Islam di medan perang dan Ukasyah bin Mihshan bin Harsan Al-Asadi salah satunya. Begitu dahsyatnya Ukasyah bertempur memerangi kafir Quraisy hingga pedangnya patah. Ukasyah mendekati Rasulullah dan Rasulullah pun melihat kondisi pedang Ukasyah. Lalu Rasulullah saw membawakan sebuah ranting pohon, dan bersabda, "Berperanglah dengan ini wahai Ukasyah." 

 

Ukasyah menerima kayu pemberian Rosulullah. Ukasyah mulai mengayunkannya dan kembali berperang. Saat itulah, atas izin Allah SWT, batang kayu itu berubah menjadi pedang yang panjang dan kokoh yang terbuat dari besi berwarna putih. Ukasyah semakin yakin dengan pedangnya dan meneruskan pertempurannya dengan menggunakan pedang itu hingga Allah SWT memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin.  

 

Ukasyah memberikan nama pedangnya Al-Aun. Pedang itu selalu berada di tangannya dan digunakan dalam berbagai pertempuran bersama ataupun tanpa Rasulullah. Hingga pertempuran terakhirnya ar-Riddah, Ukasyah mati syahid dalam perang melawan orang-orang murtad dengan menggenggam pedangnya. Ukasyah gugur di medan perang satu tahun setelah wafatnya Rasulullah SAW.

 

Kehebatan Ukasyah di medan perang juga mendapatkan pujian Rasulullah saw. Rasulullah bersabda, sebagaimana diceritakan kepadaku oleh keluarganya,

 

"Di antara kita ada sebaik-baik penunggang kuda." Orang-orang bertanya, "Siapakah orangnya, Rasulullah?" Beliau bersabda, "Ukkasyah bin Mihshan."

 

Dhirar bin Azwar al-Asadi berkata, "Orang itu adalah bagian dari kami." Rasulullah saw kemudian bersabda, "la bukan bagian dari kalian, melainkan bagian dari kami, sebagai persekutuan."

 

 

Ukasyah dibunuh Thulaihah bin Khuwailid al-Asadi di masa kepemimpinan Kholifah Abu Bakar as-shidiq. Thulaihah al Asadi sempat masuk Islam namun kemudian murtad dan mengaku menjadi Nabi di hari-hari terakhir Rasulullah. Tetapi kemudian menjadi sadar dan kembali masuk Islam. 

 

Suatu ketika Umar bin Khatab bertemu dengan Thulaihah, ia berkata, "Apakah engkau yang telah membunuh orang yang saleh, Ukasyah bin Mihshan?"   

 

Thulaihah menjawab, "Ukasyah menjadi orang yang bahagia (mati syahid) karena diriku, dan aku menjadi orang celaka karena dirinya. Tetapi aku memohon ampun kepada Allah SWT." 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement