REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas berjangka berbalik turun tipis pada akhir perdagangan Senin (1/6) setelah akhir pekan lalu melonjak tajam, ketika data ekonomi Amerika Serikat menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Namun penurunan emas tertahan di tengah meningkatnya gesekan antara Washington dan Beijing, protes di Amerika Serikat atas rasisme, serta pelemahan greenback.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi COMEX New York Mercantile Exchange melemah tipis 1,4 dolar AS atau 0,08 persen, menjadi ditutup pada 1.750,3 dolar AS per ons. Emas berjangka melambung 23,4 dolar AS atau 1,35 persen menjadi 1.751,7 dolar AS per ons pada akhir perdagangan Jumat (29/5). Emas berjangka masih membukukan keuntungan sebesar 3,4 persen selama Mei.
Indeks manufaktur Institute for Supply Management (ISM) naik menjadi 43,1 persen pada Mei dari level terendah 11-tahun 41,5 persen pada April. Sementara itu, Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pengeluaran untuk proyek konstruksi AS turun lebih kecil dari yang diperkirakan 2,9 persen pada April.
Kenaikan umum pasar saham di seluruh dunia juga mengurangi daya tarik emas. "Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa kesepakatan perdagangan Fase Satu AS-China akan segera dibatalkan," kata Edward Moya, seorang analis pasar senior di broker OANDA seperti dikutip Reuters.
China telah mengatakan kepada perusahaan milik negara untuk menghentikan pembelian produk pertanian utama AS, setelah Washington mengatakan akan menghilangkan perlakuan khusus untuk Hong Kong. Ia menambahkan bahwa protes jalanan yang meluas di Amerika Serikat telah meningkatkan kekhawatiran gelombang lain kasus virus corona.
Dolar jatuh ke level terendah sejak pertengahan Maret, lebih lanjut mendukung harga emas. Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 32,8 sen atau 1,77 persen, menjadi ditutup pada 18,827 dolar AS per ons. Platinum untuk pengiriman Juli naik 26,5 dolar AS atau 3,03 persen, menjadi menetap pada 901,1 dolar AS per ons.