Rabu 03 Jun 2020 04:08 WIB
Edisi Syawal

Utsman bin Affan, Pemilik Dua Cahaya

Utsman bin Affan dijuluki pemilik dua cahaya.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Muhammad Hafil
Utsman bin Affan, Pemilik Dua Cahaya. Foto: Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: MgIt03
Utsman bin Affan, Pemilik Dua Cahaya. Foto: Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah dakwah Nabi Muhammad SAW tidak pernah lepas dari para sahabat-sahabatnya semisal Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan beberapa kerabat dekat lainnya. Mereka bersama melakukan syiar akan agama islam ke seluruh tanah arab.

Masing-masing sahabat juga memiliki peran terpisah dari nabi meski mereka berdakwah bersama. Utsman bin Affan misalnya yang kerap membagikan harta kekayaan yang dimilikinya untuk membantu umat islam.

Baca Juga

Utsman memang terlahir dari keluarga saudagar yang sejahtera dan dikenal sebagai pribadi lembut serta murah hati. Pria yang berasal dari klan Umayyah itu merupakan salah satu sosok pertama yang memeluk islam bersamaan dengan Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Utsman dipertemukan dengan nabi oleh Abu Bakar. Saat itu salah satu sahabat Abu Bakar ini ingin menyatakan keimanannya dihadapan nabi. Langkah itu tak pelak membuat sukunya, Bani Ummayyah berang mengingat rumpun keluarga itu yang sangat menentang ajaran islam.

Utsman merupakan sahabat nabi yang diberi julukan Dzun Nurrain yang berarti pemilik dua cahaya. Dia merupakan pengusaha yang mewarisi dan mengelola beragam bisnis dan merupakan salah satu orang terkaya di Makkah.

Tingkat keimanan Utsman kepada Rasulullah tidak perlu diragukan. Dia tak ragu mengikuti seruan Nabi Muhammad untuk dua kali hijrah ke Habbasyiah dan Madinah. Kepindahan itu terpaksa dilakukan menyusul semakin besarnya tekanan dari suku Quraisy di Makkah.

Meski ikut bersama Nabi di Habbasyiah, Utsman tetap melanjutkan profesinya sebagai pedagang. Utsman lantas tak ragu mengikuti seruan Nabi untuk meninggalkan Makkah dan bermigrasi menuju Madinah.

Salah satu kisah menonjol yang dilakukan Utsman adalah saat dia membeli sumur dari seorang Yahudi selama hidup di Madinah. Hal itu dilakukan lantaran umat Nabi Muhammad sangat membutuhkan sumber air minum. Mereka pun mengadu kepada Rasulullah SAW.

Yahudi kikir itu sebelumnya menjual air kepada umat muslim dengan harga yang tinggi. Sosok yang memang dikenal dermawan ini lantas memberikan air tersebut secara cuma-cuma kepada seluruh masyarakat yang berada di sekitar sumur tersebut.

Semasa hidup di Madinah, Utsman beberapa kali megnikuti Nabi Muhammad di medan perang sebelum akhirnya dapat kembali emngingajakan kaki ke Makkah. Saat itu, Utsman sempat ditugasi nabi melakukan negosiasi kepada salah seorang pemimpin utama Quraisy, Abu Sufyan bin Harb di Mekkah.

Abu Sufyan sangat menentang Nabi Muhammad meskipun pada akhirnya dia berpindah keyakinan. Negosiasi tersebut berjalan lancar. Perjanjian damai itu membuka pelung bagi umat muslim untuk melakukan ziarah ke Ka'bah.

Buku Lisan Al-Mizan: Uthman bin al-Affan mengisahkan bahwa Utsman menggantikan Umar bin Khattab sebagai khalifah atau pemimpin umat sepeninggal Nabi Muhammad.

Utsman merupakan khalifah ketiga yang berkuasa pada tahun 644 sampai 656 masehi. Semasa kepemimpinanya, kaum muslimin berada pada awal zaman perubahan menyusul perputaran dan percepatan pertumbuhan ekonomi.

Salah satu hal terpenting yang dilakukan Utsman saat itu adalah penyusunan Al-Quran. Dalam buku Kepemimpinan dan Keteladanan Utsman bin Affan yang ditulis oleh Fariq Gasim Anuz, menantu nabi itu pun membentuk tim ahli untuk menyusun penulisan kitab suci tersebut.

Utsman kemudian mengutus seseorang kepada Ummul Mukminin Hafshah binti Umar bin Khathab radhiyallahu anhuma. Ia meminta sebuah mushaf Alquran yang dibukukan di zaman Abu Bakar.

Tim penulis pun menjadikan mushaf tersebut sebagai acuan dalam menjalankan tugas mereka. Kemudian mereka menulis ulang berdasarkan perintah Utsman atau yang dikenal dengan sebutan Mushaf Utsmani.

Buku Lisan Al-Mizan: Uthman bin al-Affan juga mengisahkan bahwa Utsman mengalami pemberontakan di akhir masa 12 tahun pemerintahannya. Utsman meninggal setelah para pemberontak mengepung kediamannya.

Saat itu, dia sedang membaca Al-Quran dan berpuasa ketika pedang dari para pemberontak menusuk tubuhnya. Jarinya terputus. Namun Utsman hanya terdiam tidak bisa berbuat apa-apa. Dia wafat pada usianya yang mencapai 80 tahun.

Jauh sebelum wafat, Utsman telah didoakan Rasulullah SAW agar semua dosa diampuni-Nya. Utsman pun dijamin masuk surga menyusul kedermawanannya selama menemani nabi hingga akhir hayatnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement