REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sejumlah pedagang oleh-oleh di Kabupaten Garut, Jawa Barat, berharap penjualan yang turun drastis dalam tiga bulan terakhir akibat pandemi Covid-19 bisa kembali meningkat bersamaan dengan penerapan normal baru. Sejumlah penjual oleh-oleh mulai membuka usahanya setelah pemerintah daerah tidak memberlakukan lagi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Garut dan memasuki adaptasi kebiasaan baru (AKB).
"Saya berharap pandemi ini segera berakhir dan aktivitas bisa kembali seperti sediakala," kata Maryam salah seorang penjual oleh-oleh di kawasan Tarogong, Kabupaten Garut, Selasa (3/6).
Garut populer dengan dodol garut yang menjadi buah tangan dari daerah ini dan beragam camilan lainnya, selain juga memproduksi batik Garut dan kerajinan berupa jaket dan tas kulit. Pemilik toko, memberlakukan aturan standar kesehatan di dalam toko seperti menyiapkan tempat cuci tangan, selalu menggunakan masker dan menjaga jarak antara pelayan dengan pembeli.
"Pekerja wajib menggunakan masker, menjaga jarak, kita juga menyediakan tempat cuci tangan di depan toko, kita mengikuti arahan pemerintah untuk mencegah penyebaran," katanya.
Pemilik toko oleh-oleh lainnya, Nisa mengatakan, sudah satu bulan lebih toko ditutup dan memberhentikan sementara para pekerja dampak wabah Covid-19. Kemudian baru dibuka kembali setelah Lebaran 2020.
Wabah Covid-19 telah melumpuhkan perekonomian di sentra oleh-oleh Garut yang selama ini meraup keuntungan dari wisatawan saat musim libur Lebaran maupun akhir pekan. "Sejak corona penjualan drastis turun, bahkan sampai tidak ada yang beli," kata Nisa.
Ia berharap, adanya aturan baru penerapan new normal yang membolehkan kembali aktivitas masyarakat dengan syarat tetap menerapkan protokol kesehatan dapat mendongkrak penjualan di sentra oleh-oleh.
"Adanya kebijakan soal new normal, kita berharap penjualan oleh-oleh bisa bagus lagi," katanya.
Seorang pedagang makanan dan minuman di objek wisata Cipanas Garut Aep berharap wabah Covid-19 segera berakhir dan pemerintah membuka kembali tempat wisata agar dapat menghidupi para pelaku usaha kecil. Selama ini, kata dia, pemilik usaha warung yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman tidak mendapatkan penghasilan karena tidak ada pengunjung selama darurat wabah Covid-19.
"Sudah dua bulan tidak ada pengunjung, otomatis tidak ada pemasukan bagi pedagang," katanya.