REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut mencatat sejak awal tahun sudah ada sekitar 20 kejadian bencana. Bencana yang terjadi itu didominasi oleh tanah longsor dan pergerakan tanah karena intensitas hujan di wilayah Kabupaten Garut mulau mengalami peningkatan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut Aah Anwar mengatakan, sudah ada sekitar 20 bencana alam berupa tanah longsor dan pergerakan tanah yang mengancam rumah warga. Selain itu, bencana yang terjadi juga mengakibatkan sejumlah infrastruktur terdampak, sehingga aksesibilitas warga sempat terganggu.
"Namun sudah diselesaikan di wilayah masing-masing, karena tidak terlalu berat. Kemarin yang paling berat di Pamulihan (jalan tertutup longsor), tapi sudah diatasi," kata dia, Senin (15/1/2023).
Menurut Aah, tidak ada korban jiwa akibat kejadian bencana di Kabupaten Garut sejak awal tahun. Namun, nilai kerugian akibat bencana yang terjadi diperkirakan mencapai Rp 300an juta.
"Kami sudah ajukan untuk bantuan stimulan," kata dia.
Aah tetap mengimbau masyarakat di Kabupaten Garut untuk selalu waspada. Pasalnya, curah hujan di Kabupaten Garut diperkirakan masih akan meningkat.
Ia menyebutkan, puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Februari 2024. Karena itu, masyarakat harus lebih peka terhadap potensi bencana di wilayahnya masing-masing.
"Itu harus diantisipasi dari sekarang," ujar Aah.
Ia mengatakan, hampir seluruh wilayah di Kabupaten Garut memiliki potensi bencana hidrometeorologi. Mulai dari banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan pergerakan tanah. Pasalnya, wilayah Kabupaten Garut memiliki kontur yang berbukit.