REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Menteri keuangan dari negara anggota tujuh negara-negara ekonomi terbesar dunia (Group 7/ G7) mengatakan inisiatif keringanan utang bagi negara-negara termiskin di dunia bisa diperpanjang hingga akhir tahun. Inisiatif tersebut untuk membantu negara-negara miskin menghadapi pelemahan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Dalam sebuah pernyataan bersama, dilansir Reuters, kelompok G7 meminta semua kreditor bergabung melakukan inisiatif tersebut. Menurut para menteri keuangan, kreditor harus membuat keputusan yang bertanggungjawab sejalan dengan pedoman keberlanjutan utang.
G7 mengatakan pemberi pinjaman harus memberi keringanan bagi negara peminjam terutama dari segi persyaratan. Pasalnya, negara dengan pendapatan rendah dan ekonomi yang masih berkembang saat ini membutuhkan lebih dari 2,5 triliun dolar AS untuk menghadapi krisis Covid-19.
Inisiatif keringanan utang ini merupakan bantuan yang ditawarkan oleh kelompok G20. Selain itu, kelompok kreditor dari Paris Club juga telah menyediakan likuiditas ekstra sebesar 12 miliar dolar AS hingga akhir tahun.
Presiden Bank Dunia, David Malpass mengatakan, negara-negara miskin akan lebih banyak membutuhkan keringanan utang. Malpass meminta, para kreditor turut serta berpartisipasi dalam inisiatif pemberian keringanan utang bagi negara miskin.
Sementara itu, Direktur Utama IMF, Kristalina Georgieva, mengatakan, beberapa negara enggan untuk meminta keringanan utang kepada negara-negara G20. Pasalnya, hal tersebut dapat menurunkan peringkat utang negara peminjam.