Jumat 05 Jun 2020 07:52 WIB

Menunjukkan Kebaikan

Kebaikan itu adalah hidayah dan keburukan itu adalah kesesatan.

Seorang ulama mengisi kajian kitab merupakan salah satu contoh menunjukkan kepada kebaikan.
Foto: Dok Masjid Al-Ittihad
Seorang ulama mengisi kajian kitab merupakan salah satu contoh menunjukkan kepada kebaikan.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr KH Syamsul Yakin MA

Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang menunjukkan kebaikan, maka ia mendapat pahala seperti pahala pelakunya.” (HR. Muslim). Kebaikan yang dimaksud dalam hadits ini  bersifat umum. Yakni kebaikan dunia dan akhirat dengan beragam bentuk yang ditunjukkan dengan lisan dan perbuatan.

Hadits ini menunjukkan bahwa setiap orang adalah pengemban tugas dakwah. Allah SWT berfirman, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf  dan mencegah dari yang mungkar.” (QS. Ali-Imran/3: 110). Kebaikan itu harus dapat dirasakan oleh orang lain.

Menurut Syaikh Nawawi Banten dalam Tafsir Munir yang dimaksud “yang makruf” adalah ajaran tauhid  dan mengikuti Nabi SAW. Sedangkan yang dimaksud “yang mungkar” adalah kemusyrikan dan menentang Nabi SAW. Jadi agar yang mungkar tidak mendominasi, maka yang makruf harus terus ditunjukkan.

Senafas dengan hadits di atas, Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa mencontohkan dalam Islam suatu contoh yang baik, maka ia akan mendapatkan pahalanya, dan pahala orang yang melakukannya setelahnya, tanpa berkurang sesuatu apapun dari pahala mereka.”  Hadits ini menunjukkan agar setiap orang menjadi role-model.

Nabi SAW melanjutkan,  “Dan barangsiapa yang mencontohkan dalam Islam suatu contoh yang buruk, maka ia menanggung dosanya dan dosa orang yang mengerjakannya setelah dia, tanpa berkurang sesuatu pun dari dosa-dosa mereka.” (HR. Muslim). Keburukan dalam hadits ini meliputi kemusyrikan kepada Allah SWT dan aniaya terhadap manusia.

Dalam hadits lain Nabi SAW mengatakan  kebaikan itu adalah hidayah dan keburukan itu adalah kesesatan. “Barangsiapa yang mengajak menuju hidayah maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tapi tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka”.

Begitu juga sebaliknya, Nabi SAW melanjutkan, “Barangsiapa yang mengajak menuju kesesatan maka dia mendapatkan dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya, tapi tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka.” (HR. Muslim). Saatnya kita meminta kepada Allah SWT agar menjadi teladan kebaikan.

Inilah doa yang Allah SWT ajarkan, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Furqan/25: 74). Pemimpin orang bertakwa adalah pemimpin yang diteladani dalam kebaikan.

Berdasar informasi di atas ditunjukkan bahwa kebaikan akan mengalami beberapa benturan. Pertama, menunjukkan yang makruf berbenturan dengan yang mungkar. Kedua, menunjukkan ajaran tauhid berbenturan dengan kemusyrikan. Ketiga, menunjukkan agar mengikuti Nabi SAW berbenturan dengan yang menentang beliau.

Dalam sejarah Nabi SAW tidak pernah berhenti menunjukkan kebaikan kendati mesti membuat diri beliau terancam. Namun Allah SWT memberi formulanya, yakni senantiasa bersabar. Ini artinya, pada saat menunjukkan kebaikan yang dinilai oleh Allah SWT adalah prosesnya (yakni kesabaran) bukan semata hasilnya.

Allah SWT berfirman, “Maka bersabarlah kamu (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati, dan janganlah kamu meminta agar azab disegerakan untuk mereka.” (QS. al-Ahqaf/46: 35). Jadi prasyarat bagi para penunjuk kebaikan adalah penuh cinta dan kesabaran seperti dicontohkan Nabi SAW.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement