REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti mengatakan, banyaknya masyarakat yang menunaikan shalat Jumat berjamaah di masjid sangat bisa dimaklumi. Sebab sudah beberapa pekan umat Islam tidak melaksanakan shalat Jumat.
"Pelaksanaan shalat Jumat yang pertama kali diselenggarakan pada hari ini bisa menjadi parameter dan model bagaimana ibadah yang aman, tertib, dan sehat," kata Mu'ti kepada Republika, Jumat (5/6).
Muhammadiyah berharap tidak ada kasus penularan Covid-19 baru. Sehingga pekan depan shalat Jumat dapat dilaksanakan kembali. Akan tetapi kalau ternyata terjadi kasus Covid-19 baru, pelaksanaan shalat Jumat di masjid harus dievaluasi.
Bahkan bila kasus Covid-19 ditemukan di masjid tertentu, maka kegiatan shalat berjamaah di sana harus dihentikan sementara untuk dilakukan disterilisasi. Untuk itu masyarakat khususnya umat Islam harus senantiasa waspada dan berhati-hati terhadap pandemi Covid-19.
"Secara umum situasi masih belum sepenuhnya aman, dalam hukum Islam status darurat masih dapat diberlakukan," ujarnya.
Mu'ti mengingatkan, umat Islam dan masyarakat harus tetap disiplin mengikuti protokol kesehatan dan membiasakan diri hidup sehat. Caranya dengan menjaga kebersihan, olahraga, dan makan makanan yang bergizi. Tapi tetap membatasi kegiatan di luar rumah jika tidak ada hal yang sangat mendesak dan penting.
Sebelumnya, sejumlah masjid besar seperti Masjid Cut Meutia dan Masjid Sunda Kelapa menggelar shalat Jumat berjamaah pertama di masa pandemi Covid-19. Dewan Masjid Indonesia (DMI) melaporkan bahwa jamaah shalat Jumat sangat disiplin menerapkan protokol kesehatan. Begitu pula petugas dan pengurus masjid menerapkan protokol kesehatan dengan baik.