Senin 08 Jun 2020 10:05 WIB

IHSG Tembus ke Level 5.000 di Awal Pekan

Pasar saat ini juga masih fokus memperhatikan hubungan politik antara AS dan China.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Wartawan menunjukkan laman pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia di Jakarta, akhir pekan lalu. IHSG dibuka di zona positif pada perdagangan Senin (5/6) pagi ini. Indeks saham menguat sebesar 1,44 persen atau naik sebesar 71,3 poin dan tembus ke posisi 5.019,18.
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Wartawan menunjukkan laman pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia di Jakarta, akhir pekan lalu. IHSG dibuka di zona positif pada perdagangan Senin (5/6) pagi ini. Indeks saham menguat sebesar 1,44 persen atau naik sebesar 71,3 poin dan tembus ke posisi 5.019,18.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona positif pada perdagangan Senin (5/6) pagi ini. Indeks saham menguat sebesar 1,44 persen atau naik sebesar 71,3 poin dan tembus ke posisi 5.019,18.

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, pergerakan saham lebih dipengaruhi oleh data tenaga kerja Amerika Serikat (AS). Data itu menunjukkan, pengangguran turun ke level 13,3 persen.

Baca Juga

"Data tenaga kerja membaik dari perkiraan pelaku pasar. Ini mengindikasi pemulihan ekonomi yang lebih cepat," kata Hans.

Sementara itu, Kerusuhan Sosial yang terjadi di AS beberapa hari belakang sejauh ini tidak mendapat perhatian pasar saham. Namun, Hans melihat, bila kerusuhan berlangsung lama akan merusak kepercayaan konsumen.

Kerusuhan tersebut bahkan berpotensi meningkatkan penyebaran Covid-19. Sehingga dapat menganggu rencana pembukaan ekonomi dan berujung terganggunya trend naik pasar saham.

Menurut Hans, pasar saat ini juga masih fokus memperhatikan hubungan politik antara AS dan China. Memanasnya hubungan AS dan China telah mencuat kembali sejak pekan sebelumnya.

Selain itu, ekspansi stimulus oleh Bank Sentral Eropa (ECB) sebesar 600 miliar Euro di atas harapan pelaku pasar. "Ini juga menjadi sentiment positif pasar keuangan," kata Hans.

Namun, prediksi memburuknya data pertumbuhan ekonomi Eropa akan menjadi sentiment negatif pasar. Hans memperkirakan data ekonomi berbagai negara masih akan buruk terimbas penguncian ekonomi akibat pandemi Covid-19.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement