Senin 08 Jun 2020 12:48 WIB

Laporan China Ungkap Awal Wabah Corona di Wuhan

China menerbitkan buku putih yang mengungkap awal wabah dan kebijakan menutup Wuhan.

Red: Nur Aini
 Ibu dan anak makan di depan rumah mereka di wilayah pedesaan Wuhan, Cina, Selasa (14/4). Sebagian besar penduduk desa di daerah pedesaan Wuhan kembali bekerja di ladang setelah dicabutnya lockdown . Wuhan yang merupakan pusat penyebaran wabah koronavirus, telah mencabut lockdown pada 08 April 2020.
Foto: EPA-EFE/ROMAN PILIPEY
Ibu dan anak makan di depan rumah mereka di wilayah pedesaan Wuhan, Cina, Selasa (14/4). Sebagian besar penduduk desa di daerah pedesaan Wuhan kembali bekerja di ladang setelah dicabutnya lockdown . Wuhan yang merupakan pusat penyebaran wabah koronavirus, telah mencabut lockdown pada 08 April 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China mengungkapkan latar belakang penutupan Kota Wuhan, Provinsi Hubei, pada 23 Januari 2020 melalui buku putih yang diterbitkan di Beijing, Ahad (7/6).

Pada 22 Januari, Presiden Xi Jinping yang juga Sekretaris Jenderal Partai Komunis China (CPC) sekaligus Ketua Komisi Militer Pusat (CMC) memerintahkan tindakan paksaan untuk membatasi pergerakan masyarakat dan akses keluar-masuk Hubei dan Wuhan, demikian buku putih berjudul Fighting Covid-19: China in Action itu.

Baca Juga

Buku itu diterbitkan oleh Kantor Informasi Dewan Negara terungkap bahwa pada 23 Januari pukul 02.00 waktu setempat (01.00 WIB). Di dalamnya, Pusat Komando Pengendalian dan Pencegahan Virus Novel Corona Kota Wuhan menerbitkan surat edaran nomor 1 tentang maklumat penutupan sementara kota itu dari dan ke luar, baik dari bandar udara maupun stasiun kereta api, mulai pukul 10.00 waktu setempat pada hari yang sama.

Kementerian Perhubungan China juga mengambil tindakan darurat berupa penangguhan arus lalu lintas dari Wuhan ke negara lain, baik melalui jalur darat maupun jalur perairan.

"Hal ini menandai dimulainya perang total untuk melindungi Wuhan dan Hubei dari epidemi," tulis buku tersebut.

Di buku putih itu juga terungkap, Pimpinan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular China (CCDC) telah menginformasikan kepada lembaga yang sama milik Pemerintah Amerika Serikat pada 4 Januari.

"Pada 4 Januari, Kepala CCDC telah melakukan percakapan telepon dengan Direktur CDC AS untuk memberikan brifing tentang pneumonia baru. Kedua belah pihak sepakat untuk terus membagikan informasi dan bekerja sama dalam hal-hal teknis," demikian isi buku itu.

Komunikasi antarkedua belah pihak itu terjadi sehari setelah otoritas kesehatan di Wuhan menginformasikan mewabahnya pneumonia atau radang paru-paru berat tanpa diketahui penyebabnya dengan jumlah kasus pada saat itu mencapai angka 44. Sehari sebelumnya, China mulai memperbarui data perkembangan kasus penyakit menular itu kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO), beberapa negara terkait, dan organisasi regional, termasuk juga Hong Kong, Makau, dan Taiwan.

Selama wabah berlangsung, China telah melibatkan 4 juta pekerja komunitas di 650 ribu kawasan permukiman untuk menghadapi virus tersebut sebagaimana tercantum dalam buku putih. Mereka bertugas secara teliti dengan mengukur suhu badan, melacak pasien terinfeksi, menyebarkan informasi mengenai pandemi, dan menjaga kebersihan lingkungan.

Dalam buku putih juga diceritakan banyak orang yang menjadi relawan di garda terdepan, pelindung masyarakat, penyaring kasus infeksi, petugas kebersihan, menyediakan disinfektan, obat-obatan, dan makanan yang sangat diperlukan pada saat itu.

Hingga 31 Mei, tercatat 8,81 juta relawan di seluruh pelosok China berpartisipasi di lebih dari 460 ribu proyek kemanusiaan yang bekerja secara sukarela selama 290 juta jam, demikian isu buku putih itu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement