Selasa 09 Jun 2020 04:30 WIB

Menteri Australia Kecewa dengan Respons China

Hubungan Australia dan China menghangat menyusul permintaan investigasi virus Corona.

Bendera Australia dan Cina.
Foto: AAP
Bendera Australia dan Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERA -- Australia, Senin (8/6), menilai China tetap tidak merespon permintaan untuk meredakan ketegangan antara dua negara mitra dagang tersebut yang sudah berlangsung berminggu-minggu.  Ketegangan antara Australia dan China meningkat setelah Canberra menyerukan penyelidikan internasional tentang asal-usul virus Corona baru.

"Sayangnya, permintaan kami untuk diskusi sejauh ini telah ditanggapi secara negatif. Hal itu mengecewakan," kata Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham kepada radio Australian Broadcasting Corp (ABC), Senin.

Baca Juga

Australia bersikeras mengatakan bahwa seruan untuk penyelidikan independen terhadap pandemi Covid-19 yang kemungkinan besar berasal dari pasar satwa liar di kota Wuhan di China tidak secara politis ditujukan kepada Beijing.

Namun China menuduh Australia memainkan "tipuan kecil" dan duta besar China untuk Australia memperingatkan bahwa konsumen China dapat memboikot produk-produk Australia jika Australia melakukan penyelidikan asal-usul Covid-19.

Sejak itu China juga telah menghentikan impor daging sapi dari empat pengolah daging terbesar di Australia dan memberlakukan tarif yang tinggi untuk impor jelai, meskipun kedua belah pihak mengatakan langkah-langkah itu tidak berhubungan dengan percekcokan terkait pandemi.

Sejauh ini, China adalah pasar ekspor terbesar Australia, dengan nilai lebih dari 30 persen ekspor Australia. Secara keseluruhan hubungan kedua negara sudah menjadi tegang di tengah tuduhan Australia tentang campur tangan China dalam urusan dalam negeri. Selain itu Australia juga khawatir dengan pengaruh China yang terus berkembang di kawasan Pasifik.

Pada Jumat (5/6), pemerintah China menyarankan warganya untuk tidak bepergian ke Australia, dengan alasan diskriminasi rasial dan kekerasan terhadap orang China sehubungan dengan pandemi virus corona. Namun, Canberra membantah adanya diskriminasi rasial dan kekerasan terhadap warga China di Australia.

Sebuah pemungutan suara untuk surat kabar The Australian pada Senin menunjukkan bahwa 79 persen warga Australia mendukung upaya investigasi global untuk mengetahui asal-usul virus corona baru.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement