Berdasarkan survei biaya hidup tahunan versi Mercer, enam kota di Asia masuk dalam peringkat 10 besar kota termahal bagi ekspatriat. Untuk kedua kalinya berturut-turut, Hong Kong dinobatkan sebagai kota termahal dunia, karena tingginya harga perumahan, sekalipun diguncang gelombang aksi protes selama berbulan-bulan.
Survei ini mengukur biaya 200 barang kebutuhan di 209 kota. Barang-barang ini termasuk perumahan, transportasi, makanan, pakaian, barang-barang rumah tangga, dan hiburan.
Kota termahal kedua adalah Ashgabat, ibukota Turkmenistan, yang mengalami hiperinflasi dan tingginya biaya impor barang dan bahan baku. Menempati peringkat ketiga, ibu kota Jepang, Tokyo.
Singapura dan New York ditempatkan di ranking kelima dan keenam. Tiga kota di Swiss, Zurich, Bern, dan Jenewa masing-masing berada di peringkat keempat, kedelapan, dan kesembilan. Sementara Shanghai dan Beijing di Cina menjadi kota termahal urutan ketujuh dan ke 10.
Jakarta naik 19 peringkat
Survei Mercer juga melansir kota Jakarta sebagai salah satu kota dengan biaya hidup tinggi bagi ekspatriat. Dalam survei yang dirilis tahun ini, Jakarta naik 19 peringkat ke posisi 86 dari posisi 105 pada tahun 2019.
Survei juga menemukan kota paling mahal di Afrika adalah Ndjamena (15) di Chad, satu peringkat di atas San Francisco. Ibukota Nigeria, Lagos, berada di urutan ke-17, hanya selisih satu peringkat di atas ibukota Inggris, London.
Tel Aviv adalah kota termahal di Timur Tengah (peringkat 12) diikuti oleh Dubai pada peringkat 23. Menurut survei, kota paling murah adalah Tunis dan Windhoek.
Daftar Mercer yang memuat 209 kota di dunia dirancang untuk membantu perusahaan menentukan besaran biaya karyawan mereka di luar negeri. Survei ini melacak biaya hidup ekspatriat. Peringkat tahun ini memperkuat tren bahwa kota-kota di Asia dan Afrika menjadi lebih mahal bagi orang asing. ha/hp (afp)